MENJAMAHMU
kumelarut, tenggelam di lautan rasa
tanpa rayu senandung rindu, desir angin tak berbisik serupa wisik, atau gemericik riak air saat mengalir, hanya nyayian serangga yang tak melelah mengecup telinga, siap menyantap darah sebagai jamuan pesta
kutunggu sandingmu, kekasih! merebah manja bersahut kata mesra, bermanja dengan belai elusan sutera
semua indah terasa, meski kegelapan menggulita, menjadi pakaian kebesaran saat bersulang cinta, sebagai baju zirah kala rindu berpesta, dengan jamuan makna, air telaga salsabila
dekap harap waktu memeluk lebih erat, agar serambut senyummu menepis pekat, mekar harapan kian melekat, tak melayu sebelum musim semi menjabat, dan takkan lagi tertundakan hasrat
andai tetesan airmata merajah wajah, biarlah buliran-buliran kristalnya melucuti gumpalan gelisah, menafkahi kering jiwa hingga membasah, agar perkasa cinta kian menjamah, tak lelah rindu memapah
(KS,012012)
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
kumelarut, tenggelam di lautan rasa
tanpa rayu senandung rindu, desir angin tak berbisik serupa wisik, atau gemericik riak air saat mengalir, hanya nyayian serangga yang tak melelah mengecup telinga, siap menyantap darah sebagai jamuan pesta
kutunggu sandingmu, kekasih! merebah manja bersahut kata mesra, bermanja dengan belai elusan sutera
semua indah terasa, meski kegelapan menggulita, menjadi pakaian kebesaran saat bersulang cinta, sebagai baju zirah kala rindu berpesta, dengan jamuan makna, air telaga salsabila
dekap harap waktu memeluk lebih erat, agar serambut senyummu menepis pekat, mekar harapan kian melekat, tak melayu sebelum musim semi menjabat, dan takkan lagi tertundakan hasrat
andai tetesan airmata merajah wajah, biarlah buliran-buliran kristalnya melucuti gumpalan gelisah, menafkahi kering jiwa hingga membasah, agar perkasa cinta kian menjamah, tak lelah rindu memapah
(KS,012012)
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri