KISAH GANDEWA LELAKI PERKASA
sesungguhnya aku tak seperti
yang kau sangkakan, kang
segala yang kukabarkan
ternyata kabur, buram engkau memandang
mungkin aku semacam gerhana
dan engkau tertutup bayangbayang umbra
maka jangan tergesa engkau
menuduhku gelap karena
sesosok rembulan yang menghalang
pula salah! jika engkau mengira
aku termakan bethara kala, kang
panas yang kupancarkan, bukanlah api yang membakar
lihat penumbra itu
tidakkah kau masih bisa melihatku
meski samarsamar dan semu
sabar barang sebentar
atau engkau sudah sampai batas jemu?
sungguh aku membakar diriku dengan nyala
demi terang cahaya menyinarimu
tak kusangka kau tega
menarik gandewa senjata cakra
jangan kang, jangan. teriakku
bethara kala tak memakanku
namun tergesa dia melihat kejengahanmu
menyambar cepat tali gandewa
plasss..
menancap tepat di ulu hatiku
tak akan, tak akan
tak akan aku menangis
lihat laut dan perahu itu
digoyang ombak bergulung
tetap teguh tongkang menopang
seperti diriku, tak hendak aku mati dan lari
aku membayangkan yang tak kau pahami
bahwa suatu saat nanti
saat reksasi menghadapimu
saat taring tajam menempel di lehermu
saat nasib berbicara tentangmu
kulihat senjata cakra tak lagi sakti di tanganmu
mantra saktimu tak lagi mampu
keluar dari bibirmu yang delima
dan pada tanah datar medan laga
tahukah, kang?
aku akan menjemput hitungan akhir kalender yang menempel
di dada bidangmu.
masihkah juga engkau ragu?
wadas, 020212
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
sesungguhnya aku tak seperti
yang kau sangkakan, kang
segala yang kukabarkan
ternyata kabur, buram engkau memandang
mungkin aku semacam gerhana
dan engkau tertutup bayangbayang umbra
maka jangan tergesa engkau
menuduhku gelap karena
sesosok rembulan yang menghalang
pula salah! jika engkau mengira
aku termakan bethara kala, kang
panas yang kupancarkan, bukanlah api yang membakar
lihat penumbra itu
tidakkah kau masih bisa melihatku
meski samarsamar dan semu
sabar barang sebentar
atau engkau sudah sampai batas jemu?
sungguh aku membakar diriku dengan nyala
demi terang cahaya menyinarimu
tak kusangka kau tega
menarik gandewa senjata cakra
jangan kang, jangan. teriakku
bethara kala tak memakanku
namun tergesa dia melihat kejengahanmu
menyambar cepat tali gandewa
plasss..
menancap tepat di ulu hatiku
tak akan, tak akan
tak akan aku menangis
lihat laut dan perahu itu
digoyang ombak bergulung
tetap teguh tongkang menopang
seperti diriku, tak hendak aku mati dan lari
aku membayangkan yang tak kau pahami
bahwa suatu saat nanti
saat reksasi menghadapimu
saat taring tajam menempel di lehermu
saat nasib berbicara tentangmu
kulihat senjata cakra tak lagi sakti di tanganmu
mantra saktimu tak lagi mampu
keluar dari bibirmu yang delima
dan pada tanah datar medan laga
tahukah, kang?
aku akan menjemput hitungan akhir kalender yang menempel
di dada bidangmu.
masihkah juga engkau ragu?
wadas, 020212
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri