Dan aku menulis di antara balon-balon
udara yang kuikat. kubebankan di pundakku
pada waktu-waktu yang tak tentu
Kata-kata yang kulepas pun terbang
bersama angan dan mimpi yang melangit
sebelum akhirnya kembali
mendarat di hatimu, Kekasih
2013
,
Dan aku menulis di antara balon-balon udara yang kuikat. kubebankan di pundakku pada waktu-waktu yang tak tentu Kata-kata yang kulepas pun terbang bersama angan dan mimpi yang melangit sebelum akhirnya kembali mendarat di hatimu, Kekasih 2013
0 Comments
4. PION
jika hidup laksana catur jadilah bidak catur yang cerdas sepertimu terus bergerak, perlahan hingga ke barisan paling belakang pertahanan lawan dan ada masanya kau berganti seragam menjadi apa yang kau inginkan mematikan langkah penguasa lawan-lawanmu 2013 layang-layangku putus benangnya tak kuasa menahan hembus angin mengencang berpotongan dengan layang-layang lain dan benang yang lebih tajam tak lagi terkendali melayang entah ke mana ke langit? sepertinya tak ada masanya gravitasi ini lebih menarik untuk ia kembali membumi sempat kukejar dengan nafas tersengal kupanjat sepohon jati di mana ia nyangkut kemudian berdiam diri panas badai dan hujan menyambar membuatnya tersungkur terkubur sendiri kerangkanya tak lagi dikenali 2013 lena matamu mulai berkaca ketika tak lagi aku berkata-kata padamu kekasih kutebas tegaskan rindu dalam heningku memecah batu di hatimu 2013 SAJAK PENDAKI
aku berjalan dalam bayang dan bayangan ber-uluk salam, menyapa alam dalam nyanyian dan rintihan menerobos ruang merekam cahaya bulan yang berjatuhan di pucuk ilalang saling silang dengan rinai gerimis dan hujan pegunungan berlari, duduk dan berdiri di puncak tertinggi sebelum mentari kembali meretas dinding-dinding hari dan aku larut dalam lamunan yang meninggi : aku pendaki yang tiada henti mencari Purwokerto, 2011 ~Untuk dikenang~
Dan lelaki sunyi itu terus berjalan. Tersungkur ia di sudut-sudut kerinduan. Tertusuk duri-duri kealpaan. Sepintas melintas sosok bayangan, mengiringi badan yang tiada henti melambungkan impian. Lalu temaram menutup pandangan. Terperangkap ia dalam kabut tipis mematikan ketika mentari menghilang, menitipkan cahaya pada elok paras rembulan. Lantas bulan pun membilang. Mungkin ia tenggelam. Atau barangkali bersembunyi di antara himpitan gemintang. Mengintai wajah pertapa malam dari celah-celah kebisuan. Hingga akhirnya shubuh pun rubuh dalam pangkuan. Kembali ia berkumandang. Satu dua goresan ia tinggalkan, meski hanya untuk dikenang. Purwokerto, 25 Oktober 2011 ~ berjalan dalam bayang ~
aku berjalan dalam bayang cahaya bulan kutelan di antara reruntuhan tubuhku Purwokerto, April 2011 |
Riyan El Jameel
Archives |