Catatan untuk PMM
Malam ini tak kudengar lagi kabar. Padahal waktu sudah mulai beku. Dan senyummu masih bermain dalam imajiku. Apakah rindu tak pernah datang menegur?
Tanya itu melangkahi ruang hati yang sudah membesi. Dan setiap kali aku pergi, tak pernah ada lagi yang menangisi. Kemana saja arah, waktu selalu menjarah…
Kalau kelam nanti menyelimuti jiwa. Barangkali sepi sudah lama mati. Aku tak ingin lagi ada luka menganga. Biarkan mentari pagi datang menyinari. Bukalah setiap pintu hati. Kami akan menari sampai waktu tak pernah datang lagi.
Dan perjalanan hanya menjadi kisah. Sedang aku tak pernah lagi datang berkabar. Rindu sendiri sudah tumpah. Tapi senyummu menembak jantungku. Ya, aku selalu berdebar. Biar pun malam ini engkau tak lagi menunggu.
Siapa yang akan pulang?
Pergi pun tak pernah lagi aku mimpikan.
Desember 2002
Malam ini tak kudengar lagi kabar. Padahal waktu sudah mulai beku. Dan senyummu masih bermain dalam imajiku. Apakah rindu tak pernah datang menegur?
Tanya itu melangkahi ruang hati yang sudah membesi. Dan setiap kali aku pergi, tak pernah ada lagi yang menangisi. Kemana saja arah, waktu selalu menjarah…
Kalau kelam nanti menyelimuti jiwa. Barangkali sepi sudah lama mati. Aku tak ingin lagi ada luka menganga. Biarkan mentari pagi datang menyinari. Bukalah setiap pintu hati. Kami akan menari sampai waktu tak pernah datang lagi.
Dan perjalanan hanya menjadi kisah. Sedang aku tak pernah lagi datang berkabar. Rindu sendiri sudah tumpah. Tapi senyummu menembak jantungku. Ya, aku selalu berdebar. Biar pun malam ini engkau tak lagi menunggu.
Siapa yang akan pulang?
Pergi pun tak pernah lagi aku mimpikan.
Desember 2002