seperti hidup di pengasingan kata. menatap wajah-wajah
bungkam. mereka membalas tatapku curiga. hingga aku mengasingkan diri
di lembaran kosong dalam catatan harianmu ini.
Sumedang,
8 Januari 2012
,
seperti hidup di pengasingan kata. menatap wajah-wajah bungkam. mereka membalas tatapku curiga. hingga aku mengasingkan diri di lembaran kosong dalam catatan harianmu ini. Sumedang, 8 Januari 2012
0 Comments
pak presiden kami yang baik
janganlah anda selalu mengucapkan "prihatin" turunlah ke lapangan, banyak penyair kurang makan alih-alih untuk menghemat BBM, anda menaikkan pula harga pensil, kertas, tinta dan lain-lain janganlah anda sering jalan-jalan ke luar negeri, sedangkan banyak penyair di jalan terlunta-lunta menenteng sajaknya pak presiden kami yang baik tolong cukur jenggot anda, agar enak dipandang di ruang kerja, agar tidak mengganggu suasana pak presiden kami yang baik tolong berikan kami lahan untuk membajak sajak, dan turunkanlah harga kolor, sudah lama kolor kami tidak diganti bagaimana saya bisa bikin sajak, sementara bau kolor mengganggu kinerja otak pak presiden kami yang baik tolong perhatikan, tolong dengar keluh kesah kami berikan solusi, dan sejahterakanlah hidup semua penyair di indonesia ini. bila tetap acuh, kami akan demonstrasi membakar janggut kesayangan anda Sumedang, 27 Februari 2012 KUCING
kucingku belum dikasih nama, setiap hari ia memandang ikan di kolam maksud ingin menyergap, namun apa daya kucing takutlah kepada air, padahal ia sendiri minum air kucingku selalu menghampiri, ketika aku sedang makan ia mengeluskan bulunya di kaki. maksud hati meminta ikan di piring, namun apa daya aku lupa habiskan hingga cucuknya kucingku oh kucing, tikus banyak di laci, perut kenyang engkau pulas perut krubukan malah melamun di pinggir kolam pantaslah di nisanmu nanti tak kukasih nama Sumedang, Februari 2012 DUA POHON DI HALAMAN
dua pohon di halaman, saling pandang dari mulai kuncup sampai rimbun, saling bungkam seolah aku tak boleh tahu tentang isyarat guguran daun, yang jatuh menggetarkan tanah belakangan aku mulai tahu, dalam tanah itu ternyata mereka saling menguatkan kesepian, akar-akar saling mencengkeram mengusir gigil di sekujur badan aku tak tahu kapan mereka saling bercengkeram: dengan akar-akarnya namun aku tahu kapan mereka saling merelakan: ketika engkau meletakkan gergaji di sudut halaman Sumedang, Februari 2012 LILIN
untuk Begawan Penabur Kasih pandanglah lilin itu, dia merasa asing di hari miladmu. temui segera kobarkan bara dalam dadanya, sebelum cinta beku di dalam hati. Sumedang, 9 Februari 2012 KANGEN
sayang, aku kangen sama kamu. lama hari kita tak jumpa duduk berdua di bawah langit sore. memandang capung yang beterbangan di atas lalang. aku memelukmu hangat sebab di pegunungan gigil sangat terasa. sayang, aku harap kangen hinggap di dadamu pula. hingga cepat menemuiku. memeluk kenang sendiri. capung masih beterbangan di atas lalang. lembaran hari banyak kulalui bersama angin yang mengayun sepi. Sumedang, Februari 2012 SEBELUM SEGALANYA SEPI
sebelum rumputan di luar diguyur hujan, sebelum engkau melangkah ingin kusebut inginku. akulah yang pernah mengusap hatimu dengan katakata. sebelum segalanya sepi, sebelum langkahmu tinggal jejak ingin kusebut namaku. akulah yang telah membuat rintik, karena aku tak ingin melihat engkau menangis. Sumedang, Februari 2012 SURAT SEDERHANA
untuk Kajitow El-kayeni kawan, hari ini pasti sangat indah sekali untukmu. para penyair menjaring katakatanya. menghidangkan kue di atas meja lengkap dengan lilinnya. kawan, aku kirim surat ini untukmu yang sedang membaca sajak dari lain. tak ada kue dariku, kenankanlah surat sederhana ini berikan roma wangi di ruang tamu. kawan, bila hari ini telah dilewati, bacalah kembali sajak lain. kenanglah mereka yang telah goreskan kasih di atas miladmu. dan baca pula surat sedrhana ini. kawan, hidup seperti seperti roda yang berputar di satu lintasan. satu titiknya kadang di atas juga kadang di bawah. engkau meski pandai menempatkan hidup. kawan, lintasan itu adalah umur. tempatkanlah dirimu di bagian atas roda itu, sebab roda tak bisa mundur. sekali terhimpit akhirnya akan perih. kawan, maaf tak ada kue dan lilin yang aku kirimkan. simpanlah surat sederhana ini dengan baikbaik di dalam kamar hatimu. Sumedang, 9 Februari 2012 LEMBAR YANG MANA AKU TAK TAHU
lembar yang mana aku tak tahu, di mana melukis gambar hatiku pernah aku mencari dan bertanya di sudut malam, pada suarasuara malam. namun pertanyaanku tiada jawab, mereka diam. terlalu sibuk dengan dunianya masingmasing. aku tersesat dalam waktu, terseret. jiwaku dicengkram silam, merangkak mencari jejak yang membawaku ke dalam semak. tak ada rinai yang digoyangkan angin, ilalang pun bungkam. semakin sendiri aku di antara decikkan hujan yang jatuh di kedalaman rindu. lembar yang mana lagi aku mencari gambar hatiku, sementara waktu terus menyeret. habis kata bertanya, sebab yang kutanya diam mereka acuh. setiap kali mendung, mataku sedia menatap lembaran hujan yang diturunkan Tuhan. Sumedang, 8 Februari 2012 AIR MATA BERGELAYUT DI JIWAMU
dirimu menghitung hari, satupersatu kau lingkari tanggal di kalender itu aku pun mulai lupa hitungan ke berapa malam ini dan engkau terus menyebut suatu malam yang pernah menarikmu kedalam kamar di hatinya. aku tahu, dia sangat berarti dalam hidupmu. membawa manis di sisi pahit bibirmu. membawa sejuk ketika engkau dibakar api cemburu aku pun tahu, dia lah yang menjadikanmu berbinar di antara kerlip, pada suatu malam. ya, malam yang kau rindukan itu. setiap ketiga jarum jam berkumpul di dada malam yang mati, rindumu semakin menjadi. engkau merekahkan senyum, berharap ia muncul dari runcingnya waktu sedangkan aku tahu air mata bergelayut di jiwamu. dan menetes ketika aku berdetak mengayun waktu. Sumedang, Januari, 2012 |
Windu MandelaArchives
July 2012
judul
All
|