BIMA KEMBALI BERDUKA
Kamis 26 januari
Bima kembali berduka
kantor bupati di bakar massa
terlukis pasung bayang menggasing di bumi pertiwi
mendendang rempas anak cucu bangsa
lalu berdansa di atas sengketa telusup massa
terpekur cakrawala sekerat di negri apik
negriku menukil cerita
tentangriwayat rakyat dan kekuasaan politik
Ya, negriku kembali di rundung kerusuhan
mengaum berburam di sudut ruang
terlindas teteskan air mata
mengendus jiwa berdesau rentang keganduhan
berkicap suara rakyat terambing rampas
di lumpuhkan para politik bedebah
terendam senandung derita
kegemuruhan di dana mbojo
Negriku tertimbun setumpuk wajah
bergelanyut kusam sepanjang zaman
merayap tersungkur di pandang trotoar
tersimpul derita di benderang terekam waktu
bersuatan membahana simbah negri apik
merintih rumpun di terpa massa
Dalam gugus cermin waktu
pertiwi menangis nista di kelopak mawar mekar
melihat rakyat tertindih di bungkam massa
merunduk wajah bergugur di dana mbojo
merenung raung dalam bayang-bayang maut
yang bersarang dalam sandiwara para birokrat
lalu menyungkup jiwa rakyat di alam kabut
Di sudut jendela rumahku
terlihat wajah rakyat terpampang
merintih serupa kabut di dinding semayam
lalu mengapung jiwa bersimpuh larut dalam
genangan sang politik
meraup terjungkal wajah rakyat di dana mbojo
menjalar tersengal di ujung garis horizontal
Udin Sape Bima
Mataram, Januari, 2012
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
Kamis 26 januari
Bima kembali berduka
kantor bupati di bakar massa
terlukis pasung bayang menggasing di bumi pertiwi
mendendang rempas anak cucu bangsa
lalu berdansa di atas sengketa telusup massa
terpekur cakrawala sekerat di negri apik
negriku menukil cerita
tentangriwayat rakyat dan kekuasaan politik
Ya, negriku kembali di rundung kerusuhan
mengaum berburam di sudut ruang
terlindas teteskan air mata
mengendus jiwa berdesau rentang keganduhan
berkicap suara rakyat terambing rampas
di lumpuhkan para politik bedebah
terendam senandung derita
kegemuruhan di dana mbojo
Negriku tertimbun setumpuk wajah
bergelanyut kusam sepanjang zaman
merayap tersungkur di pandang trotoar
tersimpul derita di benderang terekam waktu
bersuatan membahana simbah negri apik
merintih rumpun di terpa massa
Dalam gugus cermin waktu
pertiwi menangis nista di kelopak mawar mekar
melihat rakyat tertindih di bungkam massa
merunduk wajah bergugur di dana mbojo
merenung raung dalam bayang-bayang maut
yang bersarang dalam sandiwara para birokrat
lalu menyungkup jiwa rakyat di alam kabut
Di sudut jendela rumahku
terlihat wajah rakyat terpampang
merintih serupa kabut di dinding semayam
lalu mengapung jiwa bersimpuh larut dalam
genangan sang politik
meraup terjungkal wajah rakyat di dana mbojo
menjalar tersengal di ujung garis horizontal
Udin Sape Bima
Mataram, Januari, 2012
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri