PULANGLAH
pulanglah,
sudah cukup tangismu membenamkan ke liang paling lahat di lubang ini. timbunlah, jangan dengan air mata, tanah itu masih cukup, dan tinggikan sepemandangan mata, sampai hujan turun meratakannya atau panas yang akan memupuskan merahnya yang basah itu.
taburkan saja doa, karena bunga selalu kehilangan warna dan aromanya disini.
cukup kau tanamkan nisan dari batu, jangan tanam hatimu, karena kita sudah tahu, hati tak sesetia batu yang merongga dalam waktu,
pulanglah,
jangan kau hitung sampai tujuh langkah, biarkan berbilanghilang langkah, sampai tapak kehilangan jejaknya, sebab kita telah sering kehilangan tapak yang selalu kembali mencari jejaknya, dan aku tahu, kau takkan sanggup menelusurinya sendiri.
Semarang, 18 Nop 011
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
pulanglah,
sudah cukup tangismu membenamkan ke liang paling lahat di lubang ini. timbunlah, jangan dengan air mata, tanah itu masih cukup, dan tinggikan sepemandangan mata, sampai hujan turun meratakannya atau panas yang akan memupuskan merahnya yang basah itu.
taburkan saja doa, karena bunga selalu kehilangan warna dan aromanya disini.
cukup kau tanamkan nisan dari batu, jangan tanam hatimu, karena kita sudah tahu, hati tak sesetia batu yang merongga dalam waktu,
pulanglah,
jangan kau hitung sampai tujuh langkah, biarkan berbilanghilang langkah, sampai tapak kehilangan jejaknya, sebab kita telah sering kehilangan tapak yang selalu kembali mencari jejaknya, dan aku tahu, kau takkan sanggup menelusurinya sendiri.
Semarang, 18 Nop 011
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri