si cicak lapar
pelan merayap
mengintai dengan senyap
si nyamuk diam membatu
darahnya membeku
napasnya dicekik racun baigon
si nyamuk tumbang
mati
sedetik sebelum lidah si cicak menyergapnya
Garut, 29 Desember 2011
,
si cicak lapar pelan merayap mengintai dengan senyap si nyamuk diam membatu darahnya membeku napasnya dicekik racun baigon si nyamuk tumbang mati sedetik sebelum lidah si cicak menyergapnya Garut, 29 Desember 2011
0 Comments
WULAN
1 kaukah itu? membayang di wajah telaga kepeluk kau hilang aku tenggelam 2 kau rebut setiap aksara sajakku senja tanpa surya hilang kata rekahkan bibirmu ingin kukecup kau dengan angin Garut, Oktober 2011 Hujan Kian Layu
janji hujan tandai kalender awal september hapus haus rerumputan kemarau sepanjang kerongkongan sabda musim hela hujan dari perayaan doa yang khianat pada hukum sebab akibat merayu langit lukai bumi “kami menangis ratapkan keramaian kami berseru bisukan kecemasan kami menangis rindukan airmata” “Tuhan, takkah kau dengar gempita itu? sepi itu takkah basah di lidah hujan?” hujan mengering kirimkan butitr-butir garam kemarau luka kian luka Bandung – Bogor, September – Oktober 2011 Taman Tanpa Kembang
rindu membatu cinta tak temu tuju taman tersedu KEPADA SEORANG PEREMPUAN
pagi di matamu tinggal jejak-jejak embun berkabut kisah lelah kau sematkan mataharimu pada kedua matakakiku langkah tetap gerhana amnesia lafalkan huruf-huruf ziarah denyar muasal darah di kepala lenguh napas surupkan cuaca pada urat nadi keriput usia lukis alis mata balut denyut kasih raih takjubku pada kerling perempuan berkulit iklan doamu dalam paru-paru kutukar dengan nikotin mataharimu berdebu di kedua mata kakiku kukubur keping usiamu sebelum kau rebah dalam tanah senja ini kusapa pusaramu dengan setetes airmata kau jawab dengan peluk seharum kemboja |
Dicky Usman
Archives |