Matahari itu tak lelah membakar diri
Lalu waktu tak dirasa dan musim tergelak
Mimpinya bertunas setiap esok, di bulir embun
yang terserak dan pergi tergesa
Sudahpun, ia akan terlupa
dalam siksa: tak untuk memiliki
Cinta adalah serangan paling kejam
Sendiri mengorek lebam sejarah cuaca
pada gugur daun dan retak tanah
Berdiri sendiri. Matahari itu?
Linglung beredar di petala langit
Memungut yang tersia, dari air tanah,
laut yang tak juga puas menampung
Memberi pijar pada rona mawar
Bukan untuk mendapatkan harumnya
Segala berpasti, tangan cahaya tak ruah harapan
sesederhana pelukpun tak!
Hanya memberi. Ucap terperangkap diam
dan tetap kekal menjadi rahasia
Di sudut kotornya Jakarta, 03 Januari 2012