TEMBANG MANTRA DI WAKTU KECIL
dulu, waktu kecil di padang gembala
ketika layangan turun karena angin berhenti
menggugah jiwa, melantunkan tembang mantra:
“cempé-cempé undangna barat gedhé
tak opahi jangan karé
cempa-cempa undangna barat dawa
tak opahi jangan tela”
karna alam adalah sahabat sejati
iklas mendengarkan mantra kami
semilir angin pun datang menghampiri
menerbangkan kembali layangan ke langit tinggi
terbangkan seluruh angan menggapai mimpi
dulu, waktu kecil di padang gembala
ketika titik hujan mulai menjarumi bumi
menggugah jiwa, melantunkan tembang mantra:
“terang-terang kakèkmu mecok carang
kepenclas manuké gowang
terung-terung kakèkmu mecok bung
kepenclas manuké gruwung”
karena wajib, diri bersedekah bumi
trima kasih alam sebagai balas budi
matahari pun kembali pamerkan diri
gemulai cahayanya menggapai bumi
terangi harapan seluruh anak negri
kawan,
jangan coba dendangkan tembang mantra itu kini
karena bahasamu cuma meminta tak kenal memberi
maka jangan menyesal kalau alam tak mau ngerti:
“yèn kowé ngundang angin,
badai akan datang menerjang seluruh angan dan mimpimu.
Yèn kowé ngarep-arep terang,
kemarau akan mengeringkan seluruh angan dan harapmu”
gunungan baru, januari 2012
dulu, waktu kecil di padang gembala
ketika layangan turun karena angin berhenti
menggugah jiwa, melantunkan tembang mantra:
“cempé-cempé undangna barat gedhé
tak opahi jangan karé
cempa-cempa undangna barat dawa
tak opahi jangan tela”
karna alam adalah sahabat sejati
iklas mendengarkan mantra kami
semilir angin pun datang menghampiri
menerbangkan kembali layangan ke langit tinggi
terbangkan seluruh angan menggapai mimpi
dulu, waktu kecil di padang gembala
ketika titik hujan mulai menjarumi bumi
menggugah jiwa, melantunkan tembang mantra:
“terang-terang kakèkmu mecok carang
kepenclas manuké gowang
terung-terung kakèkmu mecok bung
kepenclas manuké gruwung”
karena wajib, diri bersedekah bumi
trima kasih alam sebagai balas budi
matahari pun kembali pamerkan diri
gemulai cahayanya menggapai bumi
terangi harapan seluruh anak negri
kawan,
jangan coba dendangkan tembang mantra itu kini
karena bahasamu cuma meminta tak kenal memberi
maka jangan menyesal kalau alam tak mau ngerti:
“yèn kowé ngundang angin,
badai akan datang menerjang seluruh angan dan mimpimu.
Yèn kowé ngarep-arep terang,
kemarau akan mengeringkan seluruh angan dan harapmu”
gunungan baru, januari 2012