NYERI SENDI
Nyeri itu masih saja sembunyi, lalu berlari menulis liris pada sendi.Begitu menyengat, saat mencatat pada urat-urat.Entah berapa kali jemari hari mengelus halus dada kiri hingga lirih rintih bernyanyi tiap malam berlanjut pagi.Namun agaknya desah nafas itu tak sampai, melunglai di tangkai sebelum lembayung biru membelai
Mungkin sayap-sayapnya lelah patah, ditebas kapak waktu yang berkelebat tembang yang kian garang. Mematuk regang tulang meluka memutus tali-tali sendi. Mengucur darah resah membasah tanah ramah jelmakan gelisah di setiap rekah. Harum cendana tak lagi teraba, hanya aroma sakit menjerit tiap gigit
Ah!
Tapi semua adalah cinta dengan cara berbeda, mengapa mesti diingkari.
Untuk apa?
Lirih Hati, 042012
Nyeri itu masih saja sembunyi, lalu berlari menulis liris pada sendi.Begitu menyengat, saat mencatat pada urat-urat.Entah berapa kali jemari hari mengelus halus dada kiri hingga lirih rintih bernyanyi tiap malam berlanjut pagi.Namun agaknya desah nafas itu tak sampai, melunglai di tangkai sebelum lembayung biru membelai
Mungkin sayap-sayapnya lelah patah, ditebas kapak waktu yang berkelebat tembang yang kian garang. Mematuk regang tulang meluka memutus tali-tali sendi. Mengucur darah resah membasah tanah ramah jelmakan gelisah di setiap rekah. Harum cendana tak lagi teraba, hanya aroma sakit menjerit tiap gigit
Ah!
Tapi semua adalah cinta dengan cara berbeda, mengapa mesti diingkari.
Untuk apa?
Lirih Hati, 042012