I
disana, mungkin disini
gelaran padang pasir membumi
panas di selang seling bait kering berhambur
lembaran kalam padam dalam malam
yang dulu seringkali terucap di mulut kalian
lapis demi lapis ozon pudar,
mentari pun dengan mudah membakar bumi tanpa belas asih
membabat sebagian, bahkan semua
mengarak desah demi desah
daun-daun harapkan hujan
langit seolah berupa marah,
merah bau anyir telah kita hampirkan ke sana
maka jangan kau menatap tajam ke arahnya
merunutlah kita
Duhai,
dimanakah daun-daun yang basah bertetes embun dari sebuah mata?
dimanakah tanah subur tempat untuk memijakkan kaki?
dimanakah kita yang terbiasa mengitari laman-laman curam bersama?
dimanakah rinai hujan hingga kita bermain kecipak air?
II
disana, mungkin disini
ahli-ahli mason tengah mengusung
bersorak-sorai dengan arakannya
tentang lembar-lembar barunya
membicarakan akuisisi di muka dunia
mereka menggeser kidung-kidung merdu kalian
redup lampu-lampu, bumi mulai gelap
namun, dia tumbuh besar,
bunganya mekar,
ketika kita turuni hujan di sana
zionis-zionis itu tersemai erat di diri kita
mengelirukan sesetengah dari kita
memandang hampi di sebagian kita
tak mungkin kita elak sedang kaballah tergalak
Jakarta, 12012012