SATU
kekasih, tak pernah kuingkari itu
laut telah membelah menjarak , gunung-gunung menghadang kita bertatap muka, topan badai siap menghalang dengan perih cambuknya, tebing menjebak kita dengan licin curam dan terjal
namun bukankah hati kita dekat, dengan rasa indah melekat dan tak saling menjauh, dan semua aral membuat rindu kian mengental, hingga bait-bait syair yang kutulis serasa syahdu, bukan semakin pedih memilu
janganlah menyekat pada hati yang sudah melekat seikat tak berpekat
aku dan kau dalam seperaduan siang dan malam. kita sama terapung di kerak bumi, yang berputar ikuti tarian waktu, kita sama dalam seranjang keteduhan bumi dan senaung langit
jangan biarkan ragu-ragumu mengganggu, kekasih!
marilah kita lukis saja jejak itu bersama, agar tidak menjadi sekedar sketsa senja. mungkin aku tidak bisa menjadi embun-embun yang tiap pagi mencumbu daun, atau bahkan sebagi duri-duri penjaga kelopak mawar, namun aku bisa menjadi semilir anginmu yang membelai lembut di sisa waktu, atau jadi gelombang yang mengantar nelayan menuju pantai rindu
(KS,012012)
kekasih, tak pernah kuingkari itu
laut telah membelah menjarak , gunung-gunung menghadang kita bertatap muka, topan badai siap menghalang dengan perih cambuknya, tebing menjebak kita dengan licin curam dan terjal
namun bukankah hati kita dekat, dengan rasa indah melekat dan tak saling menjauh, dan semua aral membuat rindu kian mengental, hingga bait-bait syair yang kutulis serasa syahdu, bukan semakin pedih memilu
janganlah menyekat pada hati yang sudah melekat seikat tak berpekat
aku dan kau dalam seperaduan siang dan malam. kita sama terapung di kerak bumi, yang berputar ikuti tarian waktu, kita sama dalam seranjang keteduhan bumi dan senaung langit
jangan biarkan ragu-ragumu mengganggu, kekasih!
marilah kita lukis saja jejak itu bersama, agar tidak menjadi sekedar sketsa senja. mungkin aku tidak bisa menjadi embun-embun yang tiap pagi mencumbu daun, atau bahkan sebagi duri-duri penjaga kelopak mawar, namun aku bisa menjadi semilir anginmu yang membelai lembut di sisa waktu, atau jadi gelombang yang mengantar nelayan menuju pantai rindu
(KS,012012)