Mengukir Wajah Di Dalam Cermin I
: Julia Asviana
Entahlah,
hanya pada degup isyarat aku mengukir wajahmu
di butiran embun dan di setangkai daun kamboja
menyesak, nisbi merongga.
Pada rintik hujan,
apakah kau membaca kata isyarat salamku itu?
untuk kesekian kalinya aku selalu mengecup kening dingin
pada tiap butiran rintik hujan yang menetes di batubatu
Pecah,
dan menggantung lelap,
tertidur dalam kesunyian
03:09wib
2 22/03/2013
Selatan Jakarta
Mengukir Wajah Dalam Cermin II
:Noor Aisya
Dirimu,
mungkin masih terus terhanyut lepas mengalir
sedangkan aku terus meratapi sepi di altar rumput ilalang
mengecup hangat kening cahaya matahari di rongga tubuhmu.
Akulah lelaki abadi,
di antara butiran debu di atas bukit itu
berkaca sendiri, mengukir misteri di nisan hati risaumu
cahaya menyelubung cahaya.
Merongga,
menggenggam nyala cahaya
menyemat taburan bunga-bungamu
dan, aku terus bernyanyi La di altar kubah hitam
apakah kau mendengar Aisya?.
04:22wib
22/03/2013
Selatan Jakarta
Mengukir Wajah Dalam Cermin III
:Bintang Kartika
Di sanalah,
dan, kau akan kubimbing ke dalam cahaya di kerajaanku
menghitung bijibiji kembang pada malam hari
menadahi butiran air di surau kecil itu.
Debu-debu,
aku akan selalu jadikan sarang
dan, kau akan terus termenung,
tercengang berkacakaca pada kaca di semua pintu jendela.
Akulah, rintihan indahmu
di balik kaca jendela di tamantaman bungamu
pada bening indah bola matamu.
04:55wib
22/03/2013
Selatan Jakarta
: Julia Asviana
Entahlah,
hanya pada degup isyarat aku mengukir wajahmu
di butiran embun dan di setangkai daun kamboja
menyesak, nisbi merongga.
Pada rintik hujan,
apakah kau membaca kata isyarat salamku itu?
untuk kesekian kalinya aku selalu mengecup kening dingin
pada tiap butiran rintik hujan yang menetes di batubatu
Pecah,
dan menggantung lelap,
tertidur dalam kesunyian
03:09wib
2 22/03/2013
Selatan Jakarta
Mengukir Wajah Dalam Cermin II
:Noor Aisya
Dirimu,
mungkin masih terus terhanyut lepas mengalir
sedangkan aku terus meratapi sepi di altar rumput ilalang
mengecup hangat kening cahaya matahari di rongga tubuhmu.
Akulah lelaki abadi,
di antara butiran debu di atas bukit itu
berkaca sendiri, mengukir misteri di nisan hati risaumu
cahaya menyelubung cahaya.
Merongga,
menggenggam nyala cahaya
menyemat taburan bunga-bungamu
dan, aku terus bernyanyi La di altar kubah hitam
apakah kau mendengar Aisya?.
04:22wib
22/03/2013
Selatan Jakarta
Mengukir Wajah Dalam Cermin III
:Bintang Kartika
Di sanalah,
dan, kau akan kubimbing ke dalam cahaya di kerajaanku
menghitung bijibiji kembang pada malam hari
menadahi butiran air di surau kecil itu.
Debu-debu,
aku akan selalu jadikan sarang
dan, kau akan terus termenung,
tercengang berkacakaca pada kaca di semua pintu jendela.
Akulah, rintihan indahmu
di balik kaca jendela di tamantaman bungamu
pada bening indah bola matamu.
04:55wib
22/03/2013
Selatan Jakarta