MENGABU
lihatlah, kekasih!
api yang kau nyalakan kian membiak, kobarnya berpinak hingga panasnya tiada menjinak, terus memburu mangsa sampai tak terdengar suara teriak, hanya airmata kelahiran dari tangis yang semakin lama menjadi isak, tersembunyi di dada menyesak, merintih perih dalam senyi memekak
tak ada yang sanggup memadamkan bara ini, gerimis hanya membasah kelopakkelopak melati resah, bagai airmata duka merupa wajah
deras hujan sekedar merekatkan kembali merekah tanah, dari tandus gersang ditelan kemarau menjamah
semilir angin hanya menabuh irama resah saat ilalang menari gelisah
topan badai menggugurkan daundaun merebah tanah, pohonpohon tumbang berdarah, namun akar tak mampu dijarah
usah kau redakan, kekasih!
biarlah panasnya terus membakar hingga melumatkan seluruh pahatan, melucuti semua yang digenggaman, menguapkan segala hiasan pada tatapan, hingga terangkat noda-noda dari dekapan, membersih tuba-tuba dalam pelukan, meski tubuh harus mengabu dalam kesedihan
biarlah yang tersisa hanya cintamu dalam irama keheningan
(KS,012012)
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri
lihatlah, kekasih!
api yang kau nyalakan kian membiak, kobarnya berpinak hingga panasnya tiada menjinak, terus memburu mangsa sampai tak terdengar suara teriak, hanya airmata kelahiran dari tangis yang semakin lama menjadi isak, tersembunyi di dada menyesak, merintih perih dalam senyi memekak
tak ada yang sanggup memadamkan bara ini, gerimis hanya membasah kelopakkelopak melati resah, bagai airmata duka merupa wajah
deras hujan sekedar merekatkan kembali merekah tanah, dari tandus gersang ditelan kemarau menjamah
semilir angin hanya menabuh irama resah saat ilalang menari gelisah
topan badai menggugurkan daundaun merebah tanah, pohonpohon tumbang berdarah, namun akar tak mampu dijarah
usah kau redakan, kekasih!
biarlah panasnya terus membakar hingga melumatkan seluruh pahatan, melucuti semua yang digenggaman, menguapkan segala hiasan pada tatapan, hingga terangkat noda-noda dari dekapan, membersih tuba-tuba dalam pelukan, meski tubuh harus mengabu dalam kesedihan
biarlah yang tersisa hanya cintamu dalam irama keheningan
(KS,012012)
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri