Mata Air dan Air Mata?
dungu di hulu sendang pantaran, mata air mengalir
ke hilir, bening air mata berkaca-kaca membaca legenda
baruklinting, anak gembel berambut gimbal di punggung
gunung, merbabu; babu-babu berebut sebatang lidi
di pelataran abad kenabian!
zaman nabi-wali adalah zaman kesahajaan sendang pantaran
dengan mata air mengalir dari perut gunung, menerabas hutan
mengangkut pasir dan bebatuan, turun ke ladang-ladang
mengairi sawah-sawah, menghidupkan benih-benih kasih
semesta yang tiada tara, lalu berakhir di laut lepas
setelah itu?
dungu air mata zaman kekinian mengalir pandir dendam
keserakahan, menggenang tipu dan iklan palsu di pelataran
zaman kepura-puraan menyusup ke gedung hewan, dan
batu-batu berseliweran, menerkam kesegalaan, kasih semesta
adalah kering air mata bercampur busuk bau telur menelur
sulur-sulur kenabian, di dada nyaris tak ada jeda
antara babu dengan ratu, tuhan menjadi hantu!
di sini, mata air sendang pantaran masih mengalir
seperti ketika baruklinting mencabut sebatang lidi
di halaman, mata air seketika menjelma air mata
mengenang kenang kening menggenang duka
dusun-dusun yang berubah menjadi rawa, di timur
ambarawa, rawa pening masihkah tanya?
dungu di hulu sendang pantaran, mata air mengalir
air mata, bacalah doa sebelum mencuci kaki dan
wudlu suci, di sini merbabu adalah biru lesu
bangsaku, bangsa Indonesia?!
Puja Sutrisna, 16 Mei 2012
dungu di hulu sendang pantaran, mata air mengalir
ke hilir, bening air mata berkaca-kaca membaca legenda
baruklinting, anak gembel berambut gimbal di punggung
gunung, merbabu; babu-babu berebut sebatang lidi
di pelataran abad kenabian!
zaman nabi-wali adalah zaman kesahajaan sendang pantaran
dengan mata air mengalir dari perut gunung, menerabas hutan
mengangkut pasir dan bebatuan, turun ke ladang-ladang
mengairi sawah-sawah, menghidupkan benih-benih kasih
semesta yang tiada tara, lalu berakhir di laut lepas
setelah itu?
dungu air mata zaman kekinian mengalir pandir dendam
keserakahan, menggenang tipu dan iklan palsu di pelataran
zaman kepura-puraan menyusup ke gedung hewan, dan
batu-batu berseliweran, menerkam kesegalaan, kasih semesta
adalah kering air mata bercampur busuk bau telur menelur
sulur-sulur kenabian, di dada nyaris tak ada jeda
antara babu dengan ratu, tuhan menjadi hantu!
di sini, mata air sendang pantaran masih mengalir
seperti ketika baruklinting mencabut sebatang lidi
di halaman, mata air seketika menjelma air mata
mengenang kenang kening menggenang duka
dusun-dusun yang berubah menjadi rawa, di timur
ambarawa, rawa pening masihkah tanya?
dungu di hulu sendang pantaran, mata air mengalir
air mata, bacalah doa sebelum mencuci kaki dan
wudlu suci, di sini merbabu adalah biru lesu
bangsaku, bangsa Indonesia?!
Puja Sutrisna, 16 Mei 2012