Ini tombak bukan sembarang tombak, tajam
di pucuk memucuk dendam, seakan bara menghunjam
kuda Rimang tunggangan sang adipati, Tuban
Ronggolawe yang khatam mengasah keris Setan
Kober, menguber tahta melanggar batas-batas norma
di hutan Mentaok, siapa lompat keok!
Majulah! Hai, Lawe, Ronggolawe ratu rindu, merindu
hasrat dengan sesat, mengasah setan laksana pujian
nabi wali menglafal quran, di seberang kali
ringkik kuda rimang menjadi birahi, pertanda
kematian segera tiba?
Majulah! Hai, Lawe, ini tombak siap menombak hati, tajam
diasah wirid para santri, memadam dendam dengan langgam
cinta, masih juga engkau tak percaya? Coba! Coba, majulah!
melesat kuda Rimang tunggangan Tuban terbang, hap, lap
tombak Kyai Plered menjadi tonggak, crak!
tubuh Lawe terkulai dengan usus memburai, dan
sejarah Mentaok adalah bangkai!
adalah bangkai!
Puja Sutrisna, 9 April 2012
di pucuk memucuk dendam, seakan bara menghunjam
kuda Rimang tunggangan sang adipati, Tuban
Ronggolawe yang khatam mengasah keris Setan
Kober, menguber tahta melanggar batas-batas norma
di hutan Mentaok, siapa lompat keok!
Majulah! Hai, Lawe, Ronggolawe ratu rindu, merindu
hasrat dengan sesat, mengasah setan laksana pujian
nabi wali menglafal quran, di seberang kali
ringkik kuda rimang menjadi birahi, pertanda
kematian segera tiba?
Majulah! Hai, Lawe, ini tombak siap menombak hati, tajam
diasah wirid para santri, memadam dendam dengan langgam
cinta, masih juga engkau tak percaya? Coba! Coba, majulah!
melesat kuda Rimang tunggangan Tuban terbang, hap, lap
tombak Kyai Plered menjadi tonggak, crak!
tubuh Lawe terkulai dengan usus memburai, dan
sejarah Mentaok adalah bangkai!
adalah bangkai!
Puja Sutrisna, 9 April 2012