DENTUM
biru langit dipeluk rona merah, sebagai jeda sebelum gulita tak lagi menyisakan apa-apa.tiap sore adalah hening panjang tanpamu, dalam kesetiaanku menunggu.
turunnya rinai mengusik renang itik di tenang telaga. air mata bidadari ataukah tetes keringat matahari? entahlah, yang kutahu dingin tiba-tiba hadir di sepasang matamu.
kali ini tiada warna tertangkap riak telaga, hanya pasi. memucat di hati saat gundah membaca isyaratmu. lewat sepasang mata berisi misteri semata. gerangan apa warna penghias soreku? lalu, dalam tujuh hitungan mundur, aku roboh. sore-sore lampau tinggal jejak debu. rinai menderas serupa tuangan pasir.
air mata bidadari ataukah tetes keringat matahari?
entahlah
BPSM, 17052012
biru langit dipeluk rona merah, sebagai jeda sebelum gulita tak lagi menyisakan apa-apa.tiap sore adalah hening panjang tanpamu, dalam kesetiaanku menunggu.
turunnya rinai mengusik renang itik di tenang telaga. air mata bidadari ataukah tetes keringat matahari? entahlah, yang kutahu dingin tiba-tiba hadir di sepasang matamu.
kali ini tiada warna tertangkap riak telaga, hanya pasi. memucat di hati saat gundah membaca isyaratmu. lewat sepasang mata berisi misteri semata. gerangan apa warna penghias soreku? lalu, dalam tujuh hitungan mundur, aku roboh. sore-sore lampau tinggal jejak debu. rinai menderas serupa tuangan pasir.
air mata bidadari ataukah tetes keringat matahari?
entahlah
BPSM, 17052012