MERENTAS KEMBARA
meski aku ngemis, jangan kembali! pergilah kemana saja angin bisikkan gemericik surgawi, di sana usaikan dahaga jiwa setelah jeratikat cinta menyeret dalam ke jurang hitam.
kekasih, terusir dari kumpulannya itu lebih perih dari ribuan kematian dan melepasmu adalah batas pertahanan. aku jadi debu dalam rusuh angin di payung langit, guyur hujan amblaskan bentuk jadi lumpur di aliran got, melintasi rumah-rumah juga jejak langkahmu.
lantas aroma rindu? adalah aku yang remuk membusuk! jika kau tetap pergi, izinkan kusayat hari tipis-tipis, kusajikan di piringan waktu dan seisak pinta di telingamu : napas penghabisan.
Cilegon-Banten.
13-05-2012
meski aku ngemis, jangan kembali! pergilah kemana saja angin bisikkan gemericik surgawi, di sana usaikan dahaga jiwa setelah jeratikat cinta menyeret dalam ke jurang hitam.
kekasih, terusir dari kumpulannya itu lebih perih dari ribuan kematian dan melepasmu adalah batas pertahanan. aku jadi debu dalam rusuh angin di payung langit, guyur hujan amblaskan bentuk jadi lumpur di aliran got, melintasi rumah-rumah juga jejak langkahmu.
lantas aroma rindu? adalah aku yang remuk membusuk! jika kau tetap pergi, izinkan kusayat hari tipis-tipis, kusajikan di piringan waktu dan seisak pinta di telingamu : napas penghabisan.
Cilegon-Banten.
13-05-2012