akhirnya kita tak lagi menemukan kata, dibekam kebencian di kepul prasang. mata-mata, mata kita bulat menyipit, penuh terka, kecurigaan dan kecurangan melingkari, seperti api yang terselipi derai hujan. memuarakan ingatan tentang sepotong roti ketika lapar meminta mati. dan kita telah sanggup menantang bentang nasib, memapah hidup bersama.
hingga suatu detik kita duduk pada satu bangku yang menawarkan berbagai rasa dengan ramah. kau yang mendamba hidangan lezat juga emas permata, sedangkan aku selalu ingin melayanimu dalam kelaparan dengan sepotong roti. dan sebangku kebisuan ini menyatakan dengan lantang, bahwa kita takkan lagi saling berbagi....
CILEGON-BANTEN
15-01-2012