sesungguhnya aku tak pernah percaya pada kutuk, bu
karena setiap malam kau selalu mengajarkan doadoa
dan menutup semua dongengan dengan satu kecupan
sebelum akhirnya kantuk merampasku ke ruang fana
ruang yang kausebut mimpi tempat tumbuh bebunga
tapi setiap pagi buka mata, layanglayang putus benang
jangkrik mati atas pematang dan kerianganku, bu....
keriangan berada di tempat asing yang tak tersentuh
kini aku tak pernah tidur bu, menolak mimpimimpi
menjadikan malam musuh bebuyutan, kuperangi ia
tapi bu, ini lebih menyakitkan dari kekanak yang retak
kelereng hilang, dari kembara tak tahu arah kembali
barangkali benar, selalu ada cara menimpakan kutuk
kini jadilah aku penyair, menelan pahitnya insomnia
mengimbangi setiap gerak dada dengan leliuk kata
merimba ke manamana demi secawan arak makna
membayang seluruh kisah bocah yang dirampok waktu
membayang, bu. hingga kepayang dan kejangkejang
dan hanya kenang-mengenang--lukalah bagi yang terlepas
Cilegon, 2013