CATATAN SI PADANG, 18
sudah lama mengering seragam sekolah yang kuyup hujan di muara banda bakali. tiap kali awan menggayut, kenangan yang hanyut kembali tersangkut dan menjejali cakrawala, berlaga di batas air asin dan tawar. entah siapa yang akan lebih dulu direguk sejarah: kau, aku atau gempa dan tsunami itu. rumah bersalin bertambah dan buku kematian tetap terbuka.
'pertanyaan baik menyimpan sejumlah pertanyaan lain, itulah jawaban yang kau perlukan,' gumam umak sambil memarut kelapa. aku seolah mengerti, menyusuri parak rumbia dan pulang dengan udang dan lokan.
aku tak lagi menemukan bau nipah, pantaiku meragam sampah. petang telah menyeberang dan padangku senja. malam menuai isak menua. ombak puruih, siapa yang tak menangisi nilonali?
210512
sudah lama mengering seragam sekolah yang kuyup hujan di muara banda bakali. tiap kali awan menggayut, kenangan yang hanyut kembali tersangkut dan menjejali cakrawala, berlaga di batas air asin dan tawar. entah siapa yang akan lebih dulu direguk sejarah: kau, aku atau gempa dan tsunami itu. rumah bersalin bertambah dan buku kematian tetap terbuka.
'pertanyaan baik menyimpan sejumlah pertanyaan lain, itulah jawaban yang kau perlukan,' gumam umak sambil memarut kelapa. aku seolah mengerti, menyusuri parak rumbia dan pulang dengan udang dan lokan.
aku tak lagi menemukan bau nipah, pantaiku meragam sampah. petang telah menyeberang dan padangku senja. malam menuai isak menua. ombak puruih, siapa yang tak menangisi nilonali?
210512