Notasi Para Pencari
oleh: Dewi Kelana dan El Lazuardi
aku ngengat
lelah melobangi malam
untuk sampai pada api
yang redup dalam tubuhmu
aku ingin membakar diri
biar lerai segala sanksi
aku hanya senyala lilin
redup meski hangati malam
kemarilah, takkan rontok selembar bulu
pada dekapku hangatkan gigil sepimu
tapi dimataku
mata malam nyalang dan menebal
seperti dindingdinding kelabu dimatamu
mengancam sekaligus menantang aku,
melompatinya meski jatuh pada batas siasia
di mataku, kaulah pendar kunang
pada letihmu haruku senandungkan langgam
tak merupa tantang atau suatu ancam
urapan kasih sedalam rasa selumuri sunyimu
kemarilah, biar hangatku urai gulana jiwa kembaramu
ah! bukan
hanya cuilan bintang
menyesatkan mata pandang
nelayan. sebab langit kosong
sampan kecil ini sebentar lagi
pasti dilahap gelombang
secuil bintang kerlipnya indahkan malam
percik cahaya mengantar arah dermaga
takkan sesat nelayan arung samudera
perahu kecil ringkih terkayuh tak henti
lawan gelombang tak undur setindakan
takkan karang memberaikan
tuk tumbang sesapuan gelombang
tetap saja siasia
mayat nelayan terapung
dalam gelombang mataku
dan cuilan bintang itu,
hanya berarti buat menumpuk mimpi
meski tahu, ketika fajar netas
segalanya pasti akan terhempas
maka, marilah
meski gelita malam ini
masih ada cahaya mercusuar
untuk meniup bayangan samar
kita lunaskan lenguh biar terbayar
dalam kibar layar
dan ngengat ringkih ini
menemu ajalnya sendiri
dalam api. dalam cinta yang tak mati
dalam tubuhmu. dalam kesunyian matamalam
kau ngengat, merupa kunang hiasan malam
dan secuil bintang, kerlip memendar kilau rasa
kau sampan yang gamang meniti gelombang
kau pun merupa nelayan yang takut mengapungkan raga di akhir perjuangan
kau adalah kau, rapuh tersimpan rapi dalam ketegaran mimpi
aku masih disini
pada redup api yang menghangatkan
kasih terpateri pada prasasti jaman
jiwa kembara yang selalu bersamamu temukan dermaga
pada fajar yang dijanjikan
17052012
(kolaborasi Dewi Kelana dan El Lazuardi)
oleh: Dewi Kelana dan El Lazuardi
aku ngengat
lelah melobangi malam
untuk sampai pada api
yang redup dalam tubuhmu
aku ingin membakar diri
biar lerai segala sanksi
aku hanya senyala lilin
redup meski hangati malam
kemarilah, takkan rontok selembar bulu
pada dekapku hangatkan gigil sepimu
tapi dimataku
mata malam nyalang dan menebal
seperti dindingdinding kelabu dimatamu
mengancam sekaligus menantang aku,
melompatinya meski jatuh pada batas siasia
di mataku, kaulah pendar kunang
pada letihmu haruku senandungkan langgam
tak merupa tantang atau suatu ancam
urapan kasih sedalam rasa selumuri sunyimu
kemarilah, biar hangatku urai gulana jiwa kembaramu
ah! bukan
hanya cuilan bintang
menyesatkan mata pandang
nelayan. sebab langit kosong
sampan kecil ini sebentar lagi
pasti dilahap gelombang
secuil bintang kerlipnya indahkan malam
percik cahaya mengantar arah dermaga
takkan sesat nelayan arung samudera
perahu kecil ringkih terkayuh tak henti
lawan gelombang tak undur setindakan
takkan karang memberaikan
tuk tumbang sesapuan gelombang
tetap saja siasia
mayat nelayan terapung
dalam gelombang mataku
dan cuilan bintang itu,
hanya berarti buat menumpuk mimpi
meski tahu, ketika fajar netas
segalanya pasti akan terhempas
maka, marilah
meski gelita malam ini
masih ada cahaya mercusuar
untuk meniup bayangan samar
kita lunaskan lenguh biar terbayar
dalam kibar layar
dan ngengat ringkih ini
menemu ajalnya sendiri
dalam api. dalam cinta yang tak mati
dalam tubuhmu. dalam kesunyian matamalam
kau ngengat, merupa kunang hiasan malam
dan secuil bintang, kerlip memendar kilau rasa
kau sampan yang gamang meniti gelombang
kau pun merupa nelayan yang takut mengapungkan raga di akhir perjuangan
kau adalah kau, rapuh tersimpan rapi dalam ketegaran mimpi
aku masih disini
pada redup api yang menghangatkan
kasih terpateri pada prasasti jaman
jiwa kembara yang selalu bersamamu temukan dermaga
pada fajar yang dijanjikan
17052012
(kolaborasi Dewi Kelana dan El Lazuardi)