oleh: Ti Lar So
FACEBOOK telah menjadi rahim subur bagi kelahiran anak-anak (baca: karya-karya) sastra. Dan di antara anak-anak sastra tersebut, puisi-lah yang paling sering dilahirkan. Mereka, baik yang sekedar suka maupun yang memdedikasikan sebagian waktunya pada puisi, baik yang hanya untuk mengisi waktu luang maupun yang serius dalam menulis puisi, setiap hari melahirkan puisi.
Begitu banyaknya pengguna jejaring sosial populer itu yang melahirkan puisi hingga terbentuklah banyak grup berlabel puisi. Kita bisa mendapati tebaran puisi di dinding grup-grup puisi tersebut. Banyak warna puisi yang bisa kita temukan pada puisi yang menjamur di Facebook, mulai dari yang biasa sampai yang tak biasa hingga yang luar biasa.
Namun dari banyaknya grup puisi itu, sedikit sekali yang di dalamnya dihidupkan diskusi puisi. Anggota lebih sering menjempoli daripada mengomentari, lebih kerap memuji ketimbang mengritisi terhadap puisi-puisi yang dipajang. Akibatnya peningkatan dan pengayaan mutu pada puisi karya anggota grup bergerak pelan bahkan stagnan.
Padahal pada beberapa grup puisi, di antara para anggotanya adalah orang-orang yang punya ilmu perpuisian mumpuni (penyair) yang bisa dinobatkan sebagai guru. Kepada mereka, peminat puisi pemula yang ingin lebih serius menggeluti puisi, juga yang minim pendidikan formal di bidang sastra, bisa menimba pengetahuan akan puisi sebagai modal tambahan untuk menciptakan puisi yang baik. Maka selayaknyalah anggota-anggota yang telah dinobatkan sebagai guru rela meluangkan diri mengajar anggota-anggota lain.
Sudah saatnya grup-grup puisi di facebook lebih diberdayakan oleh para anggotanya. Dengan memberdayakannya secara lebih berkesinambungan dengan menghidupkan tradisi diskusi terhadap puisi-puisi yang memenuhi dinding grup, maka bakat dan minat sebagai penyair yang terpendam pada anggota akan tergali dan terasah sehingga mampu melahirkan penyair-penyair yang empu meski tanpa melalui jalur pendidikan formal yang tinggi.
--0--
http://keripikkata.blogspot.com/
FACEBOOK telah menjadi rahim subur bagi kelahiran anak-anak (baca: karya-karya) sastra. Dan di antara anak-anak sastra tersebut, puisi-lah yang paling sering dilahirkan. Mereka, baik yang sekedar suka maupun yang memdedikasikan sebagian waktunya pada puisi, baik yang hanya untuk mengisi waktu luang maupun yang serius dalam menulis puisi, setiap hari melahirkan puisi.
Begitu banyaknya pengguna jejaring sosial populer itu yang melahirkan puisi hingga terbentuklah banyak grup berlabel puisi. Kita bisa mendapati tebaran puisi di dinding grup-grup puisi tersebut. Banyak warna puisi yang bisa kita temukan pada puisi yang menjamur di Facebook, mulai dari yang biasa sampai yang tak biasa hingga yang luar biasa.
Namun dari banyaknya grup puisi itu, sedikit sekali yang di dalamnya dihidupkan diskusi puisi. Anggota lebih sering menjempoli daripada mengomentari, lebih kerap memuji ketimbang mengritisi terhadap puisi-puisi yang dipajang. Akibatnya peningkatan dan pengayaan mutu pada puisi karya anggota grup bergerak pelan bahkan stagnan.
Padahal pada beberapa grup puisi, di antara para anggotanya adalah orang-orang yang punya ilmu perpuisian mumpuni (penyair) yang bisa dinobatkan sebagai guru. Kepada mereka, peminat puisi pemula yang ingin lebih serius menggeluti puisi, juga yang minim pendidikan formal di bidang sastra, bisa menimba pengetahuan akan puisi sebagai modal tambahan untuk menciptakan puisi yang baik. Maka selayaknyalah anggota-anggota yang telah dinobatkan sebagai guru rela meluangkan diri mengajar anggota-anggota lain.
Sudah saatnya grup-grup puisi di facebook lebih diberdayakan oleh para anggotanya. Dengan memberdayakannya secara lebih berkesinambungan dengan menghidupkan tradisi diskusi terhadap puisi-puisi yang memenuhi dinding grup, maka bakat dan minat sebagai penyair yang terpendam pada anggota akan tergali dan terasah sehingga mampu melahirkan penyair-penyair yang empu meski tanpa melalui jalur pendidikan formal yang tinggi.
--0--
http://keripikkata.blogspot.com/