Jazirah Ziarah
kaulah titik terjauh
ingin tatahkan di dinding waktu
pengembaraan
sepanjang tanah perdikan Sukowati
melawan barisan kompeni
legen memberi kekuatan untuk pergi
mempersembahkan nyawa
demi abdi
Pangeran Mangkubumi
kaulah titik terjauh pengembaraan
dingin tombak dan keris ligan
tak mungkin kau lupa bukan ?
mendedah tanah merah selatan
sampai
sepanjang pegunungan kapur utara
tandus
mengerontang jiwa
terbungkus Kemukus
kaulah titik terjauh pengembaraan
dari epigraf di batu candi
catatan – catatan asmara
purba dari bunga-bunga angsana
sampai di pucuk ranum
gunung teh menggulung rindu membumbung
kau ada disitu
mengalir bersatu
dalam kerikil dan batu
meski hanya kau dan aku
tahu
memaknai lahar pijar
meruanglingkupi musim berganti
kini menghuni
reruntuhan sajakmu
kembali kita pungut mozaik
di dindingmu dan dindingku
di batas kata
lukisan garis ,titik dan lengkung
meski tak bisa sambung
iga patah
menjadi mozaik indah
kaulah puisi sebenarnya
dalam cinta senja menggelepar
di aroma wangi puisi
selepas pertemuan menyisakan
kuntum-kuntum kenang
tergenang di tanpa logika
pangeran Samudera
di sendang Ontrowulan
dan larung slambu penjuru jazirah
birahi sejarah
peziarah batinmu?
serapah wingit yang sangit
laknat cinta terlarang
mengapa begitu?
Tak ada Tuhan disini
Tuhan sedang menyendiri
dalam derak -derak alunan
air beriak-riak dalam buaian purnama
anak-anak penjaga parkir
mengantar peziarah luka
karena batinmu perlu kau ziarahi sendiri?
dalam permainan zaman ini
di irama ritmis gerimis
menyatukan gengaman tangan
semakin erat
terjerat dalam kisah panjang
pencarian
meski peta-peta buta
sofa dan kursi sunyi sendiri
dan gelas-gelas berdenting mengendap
di atas kaca
ampas asmara meluka
dalam irama monggang
dan selendang penari tayup
gender melengger
sumpah serapah
kaulah peziarah batinmu
di jazirah tanah berfosil
mengendus pithechantropus erectus javanicus
sejarah putus
awal mula akhir
sepanjang jazirah tua
di pucuk –pucuk pinus
mendedah cerita tak usai
hingga jauh di gurun kaktus
catatan-catatan tertinggal
di reruntuhan bebatuan candi
lingga –yoni
adam - hawa
terulang dan terulang lagi
Sragen, 2012
kaulah titik terjauh
ingin tatahkan di dinding waktu
pengembaraan
sepanjang tanah perdikan Sukowati
melawan barisan kompeni
legen memberi kekuatan untuk pergi
mempersembahkan nyawa
demi abdi
Pangeran Mangkubumi
kaulah titik terjauh pengembaraan
dingin tombak dan keris ligan
tak mungkin kau lupa bukan ?
mendedah tanah merah selatan
sampai
sepanjang pegunungan kapur utara
tandus
mengerontang jiwa
terbungkus Kemukus
kaulah titik terjauh pengembaraan
dari epigraf di batu candi
catatan – catatan asmara
purba dari bunga-bunga angsana
sampai di pucuk ranum
gunung teh menggulung rindu membumbung
kau ada disitu
mengalir bersatu
dalam kerikil dan batu
meski hanya kau dan aku
tahu
memaknai lahar pijar
meruanglingkupi musim berganti
kini menghuni
reruntuhan sajakmu
kembali kita pungut mozaik
di dindingmu dan dindingku
di batas kata
lukisan garis ,titik dan lengkung
meski tak bisa sambung
iga patah
menjadi mozaik indah
kaulah puisi sebenarnya
dalam cinta senja menggelepar
di aroma wangi puisi
selepas pertemuan menyisakan
kuntum-kuntum kenang
tergenang di tanpa logika
pangeran Samudera
di sendang Ontrowulan
dan larung slambu penjuru jazirah
birahi sejarah
peziarah batinmu?
serapah wingit yang sangit
laknat cinta terlarang
mengapa begitu?
Tak ada Tuhan disini
Tuhan sedang menyendiri
dalam derak -derak alunan
air beriak-riak dalam buaian purnama
anak-anak penjaga parkir
mengantar peziarah luka
karena batinmu perlu kau ziarahi sendiri?
dalam permainan zaman ini
di irama ritmis gerimis
menyatukan gengaman tangan
semakin erat
terjerat dalam kisah panjang
pencarian
meski peta-peta buta
sofa dan kursi sunyi sendiri
dan gelas-gelas berdenting mengendap
di atas kaca
ampas asmara meluka
dalam irama monggang
dan selendang penari tayup
gender melengger
sumpah serapah
kaulah peziarah batinmu
di jazirah tanah berfosil
mengendus pithechantropus erectus javanicus
sejarah putus
awal mula akhir
sepanjang jazirah tua
di pucuk –pucuk pinus
mendedah cerita tak usai
hingga jauh di gurun kaktus
catatan-catatan tertinggal
di reruntuhan bebatuan candi
lingga –yoni
adam - hawa
terulang dan terulang lagi
Sragen, 2012