Yang ingin kutanya tanpa harus bertanya
Hanya kedip mata kuwakilkan
Apakah ini sebuah puisi atau bukan; layak diperbincangkan
Bicarakan setiap gerak bola mata dan kelopaknya
Saat terkatup; membuka dalam situasi berbeda
Ada sebuah penghantar pesan lebih cepat dari bisik
Saat pedih luka
Saat suka gembira
Saat menghunus dendam
Saat segala keganjilan dicerna
Saat tipu daya antar sesama
Saat semua mata terbenam dalam keasyikan
Ketika mata telah menjadi buta karenanya
Lupa diri; saling hujat dengan caci maki
Mengunting dalam lipatan mata tajam gunting bersaksi
Transaksi bawah meja yang jadi tradisi dari negeri ini
Apakah semua mata tidak ada yang menangkap
Bagai benda asing di sudut mata kita
Kelilipan sendal atau batu batakah mata kita
Hingga tak lihat Mesuji dan Bima
Hanya selembar kertas dari koran pagi mengabarkannya
Bela sungkawa yang turun menetes sebening hati
Dari mata yang sembab menangisi sebuah peran
Hidup tidak lebih dari bermain mata jadilah janji
Dan sehidup semati; mata dan hati
Saat gelap mata dan sepucuk pedang mengaris lurus
Jujurlah seperti segores mata pedang di atas tulang ini, katanya
Sehingga matanya mengerti pesan yang seharusnya dijalankan
Yang ingin kutanyakan tanpa harus bertanya; sebab mata kita menghakiminya
Jangan tinggalkan pandang mata yang menaruh kebencian; ini pinta.
Batulicin, 20 Januari 2012
Rumah Pasir 25
Jam 23.43 WIT