SEGUMPAL DO'A DI BIBIRMU
malam tadi, ketika hujan kembali menderas dari pelupuk gundah. jemari rindumu menyadarkanku dengan usap lembut kasih. membimbingku menyisir mimpi dengan suatu angan yang penuh pinta. ''terjal laku adalah lakon'' katamu. tuntaskan hujan malam ini, lalu akan kau dapati tujuh warna pelangi esok pagi.
di bibirmu yang puisi, segala ucap akan menjadi segumpal do'a menembus cakrawala. menggantung di awan sebelum akhirnya jatuh membasah di bumi resah. ''menangisi mimpi yang telah pergi adalah keabadian menuju duka'' masih katamu. lalu kuncup bunga merekah dengan senyum yang paling mawar.
aku menyayangimu, sungguh! dengan luasnya dadamu yang membuatku leluasa menumpahkan sesak juga hujan dari pelupuk mata. aku membutuhkanmu, sungguh! sebab di bibirmu segala do'a bermuara.
jan 2012
malam tadi, ketika hujan kembali menderas dari pelupuk gundah. jemari rindumu menyadarkanku dengan usap lembut kasih. membimbingku menyisir mimpi dengan suatu angan yang penuh pinta. ''terjal laku adalah lakon'' katamu. tuntaskan hujan malam ini, lalu akan kau dapati tujuh warna pelangi esok pagi.
di bibirmu yang puisi, segala ucap akan menjadi segumpal do'a menembus cakrawala. menggantung di awan sebelum akhirnya jatuh membasah di bumi resah. ''menangisi mimpi yang telah pergi adalah keabadian menuju duka'' masih katamu. lalu kuncup bunga merekah dengan senyum yang paling mawar.
aku menyayangimu, sungguh! dengan luasnya dadamu yang membuatku leluasa menumpahkan sesak juga hujan dari pelupuk mata. aku membutuhkanmu, sungguh! sebab di bibirmu segala do'a bermuara.
jan 2012