tertegun dengan mata nanar
kirab angin di jalan
bersama debu beriring menyunting dedaunan
membisik mistik mantera putik
di kelopak, rekahnya sangsi
sungai berlumpur pasir
semalam runtuhkan kegarangan
bandang rontokkan titian
terseok tambatan di tepiannya
masih semalam, hujan bergumul kelam
sesekali cahya perak membayang siluet
pohonpohon resah, dedaunnya terusik
akar tercerabut, tumbang bergelimang sendang
angin sambitkan sisa ranting, tersangkut di setumpuk karang, remuk
esoknya, kabar dingin menuai pilin,
sengkarutnya bencana memiris batin
gelimpang mayatmayat senandungkan elegi menyayat
pulang kandang tanpa kalang
setangkup bulan oval
terasing di ufuk barat, saat pagi
pias cahyanya tersengat sinar surya
sebentar , lalu senyap
Mahbub Junaedi
Bumiayu, 25 Februari 2012
kirab angin di jalan
bersama debu beriring menyunting dedaunan
membisik mistik mantera putik
di kelopak, rekahnya sangsi
sungai berlumpur pasir
semalam runtuhkan kegarangan
bandang rontokkan titian
terseok tambatan di tepiannya
masih semalam, hujan bergumul kelam
sesekali cahya perak membayang siluet
pohonpohon resah, dedaunnya terusik
akar tercerabut, tumbang bergelimang sendang
angin sambitkan sisa ranting, tersangkut di setumpuk karang, remuk
esoknya, kabar dingin menuai pilin,
sengkarutnya bencana memiris batin
gelimpang mayatmayat senandungkan elegi menyayat
pulang kandang tanpa kalang
setangkup bulan oval
terasing di ufuk barat, saat pagi
pias cahyanya tersengat sinar surya
sebentar , lalu senyap
Mahbub Junaedi
Bumiayu, 25 Februari 2012