Laut itu; secara falsafi camar
terkadang atau sering camar benci laut, sepertinya
cintapun terpatri di dindingdinding berupa mural yang berkisah fabula, di sisi lain
beri ketenangan, ombak mencabiknya, melukai
melayang, mengitarinya tak menangkap mata, kabur dalam kabut
begitu kapar, terdampar lapar, limbung
badaipun selalu ingin mencecap karang, membongkah
sarang hancur yang sebentar, hanyut ditelan alun menggunung
kerinduan memelintir rasa,
sebagaimana laut habitatnya,
bersemayam keping hati,
bercengkrama menikmati rembulan bersama, berbagai bentuk di cerminan
kerling indah di riak kecil, mengutil malam
mengekap, renangi dan selami batin laut,
leluasa di keluasan laut, secara falsafi merambahi lekuk-lekuk lembah, telusuri sikap dasarnya
gairah dahaga merasuk diafragma di kedalamannya.
debur-debur menjebak buih-biuh putih, terperangkap tatap tajammu
membasahkan muka camar, kuyup menutup malu
bergidik sayap menepis embun asin, berjatuhan hurufhuruf berbaur pasir berdebu
laut menyurut kembali, tibatiba camar tersedak saat membungkam doa
air bah porak porandakan sarang itu sekalipun karang tegar
camar tersadar menyaksikan aurora tak wajar di cakrawala bekas tenggelam matahari di tengah laut, kutub telah kehilangan miliknya
kabut bersinar menari-nari, seolah mengingatkan ucapan selamat tinggal sambil pergi diam-diam sambil meliukliuk menanggalkan kefanaan
Mahbub Junaedi
Bumiayu, Jumat, 09 Desember 2011, 18:54
terkadang atau sering camar benci laut, sepertinya
cintapun terpatri di dindingdinding berupa mural yang berkisah fabula, di sisi lain
beri ketenangan, ombak mencabiknya, melukai
melayang, mengitarinya tak menangkap mata, kabur dalam kabut
begitu kapar, terdampar lapar, limbung
badaipun selalu ingin mencecap karang, membongkah
sarang hancur yang sebentar, hanyut ditelan alun menggunung
kerinduan memelintir rasa,
sebagaimana laut habitatnya,
bersemayam keping hati,
bercengkrama menikmati rembulan bersama, berbagai bentuk di cerminan
kerling indah di riak kecil, mengutil malam
mengekap, renangi dan selami batin laut,
leluasa di keluasan laut, secara falsafi merambahi lekuk-lekuk lembah, telusuri sikap dasarnya
gairah dahaga merasuk diafragma di kedalamannya.
debur-debur menjebak buih-biuh putih, terperangkap tatap tajammu
membasahkan muka camar, kuyup menutup malu
bergidik sayap menepis embun asin, berjatuhan hurufhuruf berbaur pasir berdebu
laut menyurut kembali, tibatiba camar tersedak saat membungkam doa
air bah porak porandakan sarang itu sekalipun karang tegar
camar tersadar menyaksikan aurora tak wajar di cakrawala bekas tenggelam matahari di tengah laut, kutub telah kehilangan miliknya
kabut bersinar menari-nari, seolah mengingatkan ucapan selamat tinggal sambil pergi diam-diam sambil meliukliuk menanggalkan kefanaan
Mahbub Junaedi
Bumiayu, Jumat, 09 Desember 2011, 18:54