BOCAH-BOCAH PEMINTAL ANGIN
cerah malam lenyap sekejab
berganti cerita bocah-bocah pemintal angin
merajut sehelai demi sehelai harapan kosong
diantara debu-debu dan angin jalanan
yang menerpa wajah sekeras batu
di bumi tempat luka air mata
hembuskan mata-mata ketabahan
bocah-bocah itu tak letih merepih waktu
mengubah mentari menjadi rembulan dalam pakaian malam
memanjangkan siang kedalam purnama yang menyinari kepalanya
hingga gelap tak menampak di senyum-senyum kepolosan
keriangan yang tak terekam nurani !
saat bocah-bocah itu menayangkan drama kehidupan terkini
dimana bumi dan langit,
menjungkir balikkan mimpi-mimpi sang pertapa
yang masih asik mengeja dupa di erang bibir-bibir sumir
tentang lapar yang melelapkan kejujuran
tentang kejujuran yang menjaga lapar, mengasah sabar
meski usia terlalu cepat meninggalkan masa kanak-kanak yang lama hilang di tangis ibu
sedang kedewasaan adalah air mata yang tersenyum di jantung malam
bocah-bocah utu hanya mengerti
botol-botol plastik dan kardus-kardus bekas adalah buku pelajarannya
saat mereka belajar membaca nasib yang wajib dilakoni
bak-bak sampah dan selokan-selokan busuk adalah guru-guru pembimbingnya
tempat mereka mengais ilmu yang digugu dan ditiru dari pendahulu bapaknya
pun kelam dingin malam adalah sekolahnya
tempat mereka menggodok ketegaran,
dan mematangkan ketabahan
cerah malam rupanya enggan beranjak tinggalkan riang tawa kepolosan
sebab, segala dongeng anak kecil pengantar tidur
telah hilang entah kemana
berganti tentang purnama di kepala bocah-bocah pemulung
yang menyinari semesta kedalam cinta yang samar terbaca
Ka Tyo
Jakarta, 200112
cerah malam lenyap sekejab
berganti cerita bocah-bocah pemintal angin
merajut sehelai demi sehelai harapan kosong
diantara debu-debu dan angin jalanan
yang menerpa wajah sekeras batu
di bumi tempat luka air mata
hembuskan mata-mata ketabahan
bocah-bocah itu tak letih merepih waktu
mengubah mentari menjadi rembulan dalam pakaian malam
memanjangkan siang kedalam purnama yang menyinari kepalanya
hingga gelap tak menampak di senyum-senyum kepolosan
keriangan yang tak terekam nurani !
saat bocah-bocah itu menayangkan drama kehidupan terkini
dimana bumi dan langit,
menjungkir balikkan mimpi-mimpi sang pertapa
yang masih asik mengeja dupa di erang bibir-bibir sumir
tentang lapar yang melelapkan kejujuran
tentang kejujuran yang menjaga lapar, mengasah sabar
meski usia terlalu cepat meninggalkan masa kanak-kanak yang lama hilang di tangis ibu
sedang kedewasaan adalah air mata yang tersenyum di jantung malam
bocah-bocah utu hanya mengerti
botol-botol plastik dan kardus-kardus bekas adalah buku pelajarannya
saat mereka belajar membaca nasib yang wajib dilakoni
bak-bak sampah dan selokan-selokan busuk adalah guru-guru pembimbingnya
tempat mereka mengais ilmu yang digugu dan ditiru dari pendahulu bapaknya
pun kelam dingin malam adalah sekolahnya
tempat mereka menggodok ketegaran,
dan mematangkan ketabahan
cerah malam rupanya enggan beranjak tinggalkan riang tawa kepolosan
sebab, segala dongeng anak kecil pengantar tidur
telah hilang entah kemana
berganti tentang purnama di kepala bocah-bocah pemulung
yang menyinari semesta kedalam cinta yang samar terbaca
Ka Tyo
Jakarta, 200112