(buat isteriku, Noriati)
isteriku, masihkah kau ingat saat pertama kali?
kau panah lirikan mata tepat ke jantungku
lantas ia menjadi riak ombak berkecipak
menggoyang kelok hatiku yang hilang kemudi
lalu aku tenggelam dan tak ingin timbul lagi
mulai saat itu wahai isteriku, Noriati
aku ingin bersamamu hingga ke negeri abadi
menjadi karang terjal mendepa tanganku
merangkul segala gelora ombak, rapat ke dada
biar segala badai ikut membening, di muara kita
ketika egoku menjulang dan sujudku berkurang
kau mengirim do’a dalam sujud yang panjang
lalu aku tersedar dari mimpi kosong dan purba
merungkai ikatan berlilit segala alpa. tekadku
setiap waktu, mencium kelopak wangi di kakiNya
terima kasih isteriku, kau melebihi kecukupan...
walau do’aku tak seharum melur di waktu pagi
kugubah juga tepak harapan, dengan niat suci
untuk meminangmu pada setiap waktu dariNya
menjadi bidadariku, hingga ke negeri abadi
Ibnu Din Assingkiri
18-01-2012
Bagan Lalang, Butterworth, Pulau Pinang
©Sanusi Din 2011, All Rights Reserved
isteriku, masihkah kau ingat saat pertama kali?
kau panah lirikan mata tepat ke jantungku
lantas ia menjadi riak ombak berkecipak
menggoyang kelok hatiku yang hilang kemudi
lalu aku tenggelam dan tak ingin timbul lagi
mulai saat itu wahai isteriku, Noriati
aku ingin bersamamu hingga ke negeri abadi
menjadi karang terjal mendepa tanganku
merangkul segala gelora ombak, rapat ke dada
biar segala badai ikut membening, di muara kita
ketika egoku menjulang dan sujudku berkurang
kau mengirim do’a dalam sujud yang panjang
lalu aku tersedar dari mimpi kosong dan purba
merungkai ikatan berlilit segala alpa. tekadku
setiap waktu, mencium kelopak wangi di kakiNya
terima kasih isteriku, kau melebihi kecukupan...
walau do’aku tak seharum melur di waktu pagi
kugubah juga tepak harapan, dengan niat suci
untuk meminangmu pada setiap waktu dariNya
menjadi bidadariku, hingga ke negeri abadi
Ibnu Din Assingkiri
18-01-2012
Bagan Lalang, Butterworth, Pulau Pinang
©Sanusi Din 2011, All Rights Reserved