mimpi malam ini
aku bermimpi
aku menapaki jalanan panjang
yang membentangi bias cahaya
jalanan tanpa ujung
tanpa tepi
orang-orang riuh berlari
berlomba dengan jalannya sendiri-sendiri
menabraki penglihatanku
tiada peduli
aku ternganga terbelalak kata
jalanan panjangku terus berlari
aku makin ternganga tiada kata
hatiku berteriak tanpa suara
aku menangis tanpa isak,
tanpa air mata
aku menyesali puluhan kilo,
ratusan kilo, ribuan kilo,
puluhribuan kilo, jutaan kilo
jarak yang telah dilarikan
jarak yang telah dilewatkan
jarak yang telah meninggalkan
aku menangis tanpa isak,
tanpa air mata
aku berteriak tanpa suara
tiada yang peduli
semua terus saja berlari
aku berdiri semakin ternganga
terbelalak kata tanpa daya
kupaksa bergumam:
“kumohon... Kembalilah!
setidaknya berhentilah
sebentar. Tunggu aku
bersiap dahulu. Tunggu
aku terjaga dari ngangaku.”
aku terisak, aku menangis
aku berdiri semakin ternganga
tiada lagi apa, walau
hanya kata tanpa daya
aku putus asa
aku menangis dalam isak dan
air mata
menapaki diam jalanan panjangku
yang hampir sampai
“Bruk!!!”
aku terduduk jatuh
seseorang...
yang tengah sibuk berlari
mengungguli jalanannya
menabrakku dengan sikutnya
entah tidak sengaja
entah rencana-Nya
mungkin rencana yang disusun dalam
ketidaksengajaan-Nya
dalam larinya dia sempat
melirikku, pedulikan aku
dan tersenyum padaku
senyuman maaf yang tulus
senyuman yang membangunkanku
dari nganga panjang
senyuman yang mengajakku
pergi
senyuman yang berkata
sejuta makna
“Ayo!!! Lanjutkan perjalanan.
Walau sejengkal. Selagi masih
ada jalanan milikmu!”
dia melihatku di belakangnya
dengan tetap terus berlari
dia pedulikan aku
dia lambaikan tangannya
dan terus tersenyum padaku
sampai dia menghilang di
balik malam
Aku terjaga
Aku terbangun
Aku sadar
Kukibaskan kelumpuhanku
Dan aku berlari dalam senyuman
Mengungguli jalanku yang masih
tersisa
aku bermimpi
aku menapaki jalanan panjang
yang membentangi bias cahaya
jalanan tanpa ujung
tanpa tepi
orang-orang riuh berlari
berlomba dengan jalannya sendiri-sendiri
menabraki penglihatanku
tiada peduli
aku ternganga terbelalak kata
jalanan panjangku terus berlari
aku makin ternganga tiada kata
hatiku berteriak tanpa suara
aku menangis tanpa isak,
tanpa air mata
aku menyesali puluhan kilo,
ratusan kilo, ribuan kilo,
puluhribuan kilo, jutaan kilo
jarak yang telah dilarikan
jarak yang telah dilewatkan
jarak yang telah meninggalkan
aku menangis tanpa isak,
tanpa air mata
aku berteriak tanpa suara
tiada yang peduli
semua terus saja berlari
aku berdiri semakin ternganga
terbelalak kata tanpa daya
kupaksa bergumam:
“kumohon... Kembalilah!
setidaknya berhentilah
sebentar. Tunggu aku
bersiap dahulu. Tunggu
aku terjaga dari ngangaku.”
aku terisak, aku menangis
aku berdiri semakin ternganga
tiada lagi apa, walau
hanya kata tanpa daya
aku putus asa
aku menangis dalam isak dan
air mata
menapaki diam jalanan panjangku
yang hampir sampai
“Bruk!!!”
aku terduduk jatuh
seseorang...
yang tengah sibuk berlari
mengungguli jalanannya
menabrakku dengan sikutnya
entah tidak sengaja
entah rencana-Nya
mungkin rencana yang disusun dalam
ketidaksengajaan-Nya
dalam larinya dia sempat
melirikku, pedulikan aku
dan tersenyum padaku
senyuman maaf yang tulus
senyuman yang membangunkanku
dari nganga panjang
senyuman yang mengajakku
pergi
senyuman yang berkata
sejuta makna
“Ayo!!! Lanjutkan perjalanan.
Walau sejengkal. Selagi masih
ada jalanan milikmu!”
dia melihatku di belakangnya
dengan tetap terus berlari
dia pedulikan aku
dia lambaikan tangannya
dan terus tersenyum padaku
sampai dia menghilang di
balik malam
Aku terjaga
Aku terbangun
Aku sadar
Kukibaskan kelumpuhanku
Dan aku berlari dalam senyuman
Mengungguli jalanku yang masih
tersisa