memang masih terdengar menjelambar, kali
ini, roda-roda rindu menggerus lentik hampar
terkecipak di aspal dada menggemuruh karsa
tertatih dalam kesahajaan baris liris malakut
terseok-seok sarat senyum sedih ayat-ayat.
menggema ringkik kuda kecapi penghapal
rindu, meski sengau gunung menyela dalam
kesenjaan ratap kabut menyentuh jilbab ilalang
terengah suntuk mengibas lalat kejenuhan arah
menggeleng kanan ruang, merajuk kiri sepi arah.
cemeti rindu mengusul desau pagar kesturi
yang goyah akhir, searah bangau dingin pijak bumi
melenting desing sigap, bara rindu kedunguan
merambah sepi gurun, tanduk hakikat langit.
makin lelah gulir roda bakti rindu merajut sedan
bergelayut aneka ingin, melawat lari gapai tundra
menyongsong pelangi rindu muka kuning dadu
namun geriyat kereta makin pelan tambah oleng
roda rindu lepas sebelah dalam dungu lebah pendosa
sungguh payah, retak remuk sebelum menyentuh marka
rindu, sendu dalam pendar dahaga: kun! faya kun!
maka berhentilah nas langit!
Rembang,23.03.13.13.13