RUMAH KAYU SUATU KETIKA
Daun jati luruh berebut keinginan hari-hari muda
di balik dinding kayu dalam doa wangi bunga-bungaan
memberi napas jadi keping pasir tempat berganti kehidupan
alam luas membawa sengat matahari di gantung tenang
"Adinda, aku tak punya apa-apa, selain cinta lapuk berumur"
Atap-atap akar rimbun menutupi lemah segala hari
lupakan dingin malam yang terasa tua tak bersarung
ketika kita, bercinta menghampar tirai sutra
aku ingin memperkosa sepi,
kuruntuhkan menghentam kenang melintang
Lalu dadaku meninggalkan napas di halaman belakang
jantung yang memberikan ruang jari-jari jati didegupkan
seperti semuanya masih berjalan tersedu
Nda, pagarnya berlumut bahasa rindu
tak ada yang membuka kaca di pintu
bagi mimpi, yang ramah berabad-abad silam
Jendela berpolitur memikul waktu yang kosong
dan bayangan impian beranjak pergi bersama duka
napas yang kuisap esok hari
: Adinda di rumah kayu kita beristirahat,
menghadapi hari panjang.
Jogjakarta,
16 Mei 2012.
Daun jati luruh berebut keinginan hari-hari muda
di balik dinding kayu dalam doa wangi bunga-bungaan
memberi napas jadi keping pasir tempat berganti kehidupan
alam luas membawa sengat matahari di gantung tenang
"Adinda, aku tak punya apa-apa, selain cinta lapuk berumur"
Atap-atap akar rimbun menutupi lemah segala hari
lupakan dingin malam yang terasa tua tak bersarung
ketika kita, bercinta menghampar tirai sutra
aku ingin memperkosa sepi,
kuruntuhkan menghentam kenang melintang
Lalu dadaku meninggalkan napas di halaman belakang
jantung yang memberikan ruang jari-jari jati didegupkan
seperti semuanya masih berjalan tersedu
Nda, pagarnya berlumut bahasa rindu
tak ada yang membuka kaca di pintu
bagi mimpi, yang ramah berabad-abad silam
Jendela berpolitur memikul waktu yang kosong
dan bayangan impian beranjak pergi bersama duka
napas yang kuisap esok hari
: Adinda di rumah kayu kita beristirahat,
menghadapi hari panjang.
Jogjakarta,
16 Mei 2012.