O Bumi Sailun Salimbai
O puti, inilah senandung jolo dari sebuah negeri tua di bantaran batanghari
ranah tempat dulu belukar berbiak ngeri
dan kita tegak bak cagak menyangga kota, menyimpan rahasia
tentang bebayang yang melambai, sunyi membelai balai
ya puti, di belukar inilah dulu kita bangun candi, altar marun tempat hati
saling bercumbu, memagut rindu dalam gairah yang naga
percintaan hanya se-tabir rupa siluet mengundang senja
O inilah nandung jolo itu
yang menjulai seperti kelok kanal-kanal atau liuk anak-anak sungai nan
nyusup di sela lentik jemarimu
berkelok-kelok melintasi parit dan lubang seruling mencari bebukit
tempat bersarang ruak-ruak, tiung dan kuwau (beburung khayangan)
di binar matamu puti, ada ruang biru mengharu
aku tenggelam di kedalamannya
di perjamuan rindu itu, udara menghela kekisah basah dari pedalaman
mendalo laut dan darat, pijoan, marosebo, sekernan dan sengeti,
bukit baling, sungai bahar, sungai gelam, kumpeh, tangkit dan tempino
yang di bawahnya terkubur cerana, bejana dan mahkota
ya puti, inilah negeri sailun salimbai itu
tempat jejanji para pengembara terikrarkan kepada kekasih
ranah tumasik bagi tongkang-tongkang petualang menyulam layar
semua singgah walau sejenak
O lihatlah, orang-orang lah membuhul candi di pedalamannya
bumi melayu jejaknya menyala, di sini
ya, dulu sekali
kajanglako terdampar di caruk ini, sang matahari cintanya tertambat pada
pantai berpagar pinang merah
senja kala itu puti, cinta hanyalah rimba, dan langit hanyalah rahasia
hingga semua kisah tersesat sebelum dusun sempat menyusun tepian
lalu hari ini, semua kembali
kampung-kampung lah menyala, lelampu adalah kekunang
bumi itu, membangkitkan lagi gairah percintaan lama
ya puti, seperti udara di batas pergantian cuaca, kita masih sailun salimbai
Bumi Sailun Salimbai, Muaro Jambi; 05/09
O puti, inilah senandung jolo dari sebuah negeri tua di bantaran batanghari
ranah tempat dulu belukar berbiak ngeri
dan kita tegak bak cagak menyangga kota, menyimpan rahasia
tentang bebayang yang melambai, sunyi membelai balai
ya puti, di belukar inilah dulu kita bangun candi, altar marun tempat hati
saling bercumbu, memagut rindu dalam gairah yang naga
percintaan hanya se-tabir rupa siluet mengundang senja
O inilah nandung jolo itu
yang menjulai seperti kelok kanal-kanal atau liuk anak-anak sungai nan
nyusup di sela lentik jemarimu
berkelok-kelok melintasi parit dan lubang seruling mencari bebukit
tempat bersarang ruak-ruak, tiung dan kuwau (beburung khayangan)
di binar matamu puti, ada ruang biru mengharu
aku tenggelam di kedalamannya
di perjamuan rindu itu, udara menghela kekisah basah dari pedalaman
mendalo laut dan darat, pijoan, marosebo, sekernan dan sengeti,
bukit baling, sungai bahar, sungai gelam, kumpeh, tangkit dan tempino
yang di bawahnya terkubur cerana, bejana dan mahkota
ya puti, inilah negeri sailun salimbai itu
tempat jejanji para pengembara terikrarkan kepada kekasih
ranah tumasik bagi tongkang-tongkang petualang menyulam layar
semua singgah walau sejenak
O lihatlah, orang-orang lah membuhul candi di pedalamannya
bumi melayu jejaknya menyala, di sini
ya, dulu sekali
kajanglako terdampar di caruk ini, sang matahari cintanya tertambat pada
pantai berpagar pinang merah
senja kala itu puti, cinta hanyalah rimba, dan langit hanyalah rahasia
hingga semua kisah tersesat sebelum dusun sempat menyusun tepian
lalu hari ini, semua kembali
kampung-kampung lah menyala, lelampu adalah kekunang
bumi itu, membangkitkan lagi gairah percintaan lama
ya puti, seperti udara di batas pergantian cuaca, kita masih sailun salimbai
Bumi Sailun Salimbai, Muaro Jambi; 05/09