KIAN RENTA
Serasa tak percaya
tubuhmu yang dulu kekar, kini kian renta tak berakar
kerut wajah dan keriput kulitmu
semua gambaran dari kehidupan
langkahmu terpincut, tertatih-tatih
suaramu pun tak lagi jernih
pendengaran, matamu pun begitu jinak
engkau mulai nampak layaknya anak-anak
tak kuat rasanya
air mata pun mengalir mengukir lekuk pipi
ingin kupeluk erat-erat
dan aku pun teriak memanggil
Ayah dan Ibu
hatiku begitu damai
menatap senyummu yang amat sederhana
penuh dalam kepasrahan
hampa dari segala keluhan
kau begitu sayang
kasihmu sepenuh ruang kalbu
pengorbananmu hingga hembusan nafas terakhir
doamu begitu manjur mengukir takdir
maafkan aku
aku tak mampu mengukir prestasi
mengabdi sepenuh hati
durhakaku tak dapat kupungkiri.
Lampung 16/05/2012
Serasa tak percaya
tubuhmu yang dulu kekar, kini kian renta tak berakar
kerut wajah dan keriput kulitmu
semua gambaran dari kehidupan
langkahmu terpincut, tertatih-tatih
suaramu pun tak lagi jernih
pendengaran, matamu pun begitu jinak
engkau mulai nampak layaknya anak-anak
tak kuat rasanya
air mata pun mengalir mengukir lekuk pipi
ingin kupeluk erat-erat
dan aku pun teriak memanggil
Ayah dan Ibu
hatiku begitu damai
menatap senyummu yang amat sederhana
penuh dalam kepasrahan
hampa dari segala keluhan
kau begitu sayang
kasihmu sepenuh ruang kalbu
pengorbananmu hingga hembusan nafas terakhir
doamu begitu manjur mengukir takdir
maafkan aku
aku tak mampu mengukir prestasi
mengabdi sepenuh hati
durhakaku tak dapat kupungkiri.
Lampung 16/05/2012