Ketika gelombang tak lagi bergelung,
kala riak tak ingin kembali menari,
hampakan mana yang mesti di hampakan,
karena telanjangku tak hendak menunggu.
Butakan mana yang mesti terbutakan,
tulikan kelayakan yang harus di tulikan,
hempaskan bila memang harus terhempas,
sebab aku telah bersetubuh dalam ombak.
Pada pasir aku bergulat penuh amarah,
pada batu karang aku kokohkan keangkuhan,
dalam ayunan dendam aku larung keinginan,
tidurku tak hendak bermimpi.
Aku telah hilang dalam arah,
raga berburu waktu yang menghilang dari genggam,
ketidak adilan menerpa dan menempa keakuan,
sesal tak ingin lagi membuat sarang sang camar.
Desir angin di pantai hitam,
gemuruh ombak terhembus sepoi abu-abu,
terinjak landasan pasir yang menangis terbahak-bahak,
ini jalanku.
Pada waktu aku menitipkan geloraku bersenggama ...
Originally by Wild Dove
kala riak tak ingin kembali menari,
hampakan mana yang mesti di hampakan,
karena telanjangku tak hendak menunggu.
Butakan mana yang mesti terbutakan,
tulikan kelayakan yang harus di tulikan,
hempaskan bila memang harus terhempas,
sebab aku telah bersetubuh dalam ombak.
Pada pasir aku bergulat penuh amarah,
pada batu karang aku kokohkan keangkuhan,
dalam ayunan dendam aku larung keinginan,
tidurku tak hendak bermimpi.
Aku telah hilang dalam arah,
raga berburu waktu yang menghilang dari genggam,
ketidak adilan menerpa dan menempa keakuan,
sesal tak ingin lagi membuat sarang sang camar.
Desir angin di pantai hitam,
gemuruh ombak terhembus sepoi abu-abu,
terinjak landasan pasir yang menangis terbahak-bahak,
ini jalanku.
Pada waktu aku menitipkan geloraku bersenggama ...
Originally by Wild Dove