Gelegak rasaku, membuih dalam bejana nestapa,
bertungku-bara jiwa
Biar kutabur pada bentang langit yang ber-ornamen gemintang
Mungkin akan lebih mewarna pada langit malam ini
Agar berangsur hilang kelamnya
Pada setiap langkah kaki menyusuri
Liku-tanjak jalan aspal berlubang,
atau meniti pematang-pematang sawah belakang rumah,
juga sungai yang tak lagi berderak airnya
lalu menerawang pandang pada punggung-punggung bukit,
yang masih menghijau di barat sana
Batin terpekur di setiap malam-malam
Mendulang rindu dalam diam
Seolah terduduk di ruang tunggu
Hingga berakhirnya waktu
Sebentar!
Ada yang memekik dalam jiwa
Gelegarnya seakan memecah heningnya
Mengapa tidak kulangkahkan kaki?
Menuju mihrab dalam jiwa
Ya!
aku rasa
Biar pekur tak berlanjut dengkur
Cilangkap, 27-4-12