: Luluk Andrayani
lihatlah langit yang menjuntai
di bawahnya tukikan cemara setelah
menyemai rindu kala separuh mengaduh
lihat pula bukit-bukit yang bertebaran
dalam sudut mata pandang
di antara kota dan desa
memasang candu atas hehijauan sawah
dermaga nikmat sang Kuasa
sekedar bentar dirasa, meneguk pahit labir
ada guna intermezo semata
agar kaku tak melumut-jingga hidup
kerlip ucap dalam getir hati
kerlip pandang sebagai angin melalulalang
kerlip pandang
masih bersemayam
masih melayang
Indralaya, 29 April 2012