Belum lama ini aku terlunta-lunta mengarungi jejak nafas, sesampai cacing dalam perut menggerus usus, serasa perih hidup saat itu.
Berjalan sendiri menyelusuri arti kehidupan, mencoba bertahan dengan nasi seadanya, selayaknya mampu memberi tenaga.
"Inilah hidup" kataku lirih mencoba mengerti, jalan satu-satunya yang aku punya adalah jalan-Nya, berbekal sabar dan tabah dalam mencari selah, "semoga berkah" munajatku dalam langkah.
Lambat laun, detik demi detik kaki-kaki ini semakin kekar berjalan, semakin percaya diri mencari jati diri.Niscahya Tuhan masih memberi kesempatan dan masih mempercayai aku untuk meminang nyawa dalam peraduan hidup.
Dan kini, aku tengah berdiri tegak, Menikmati bekas pijakan kaki, "alhamdulillah, munajatku terkabul" ucap syukur pada-Mu.Usahaku merangkak pelan tak sia-sia, dengan jalan yang penuh batu, terjal lagi curam.
Aku mampu lewati bara api perjalanan dengan keyakinan. Terimakasih Tuhan.
Terimakasih Tuhan.
Segala puji bagi-Mu, Sang Maha Laksana
Pada-Mu aku bersujud dan meminta.
Sagah Aditama
Jakarta, 9-4-2012
Karya Sastra
Berjalan sendiri menyelusuri arti kehidupan, mencoba bertahan dengan nasi seadanya, selayaknya mampu memberi tenaga.
"Inilah hidup" kataku lirih mencoba mengerti, jalan satu-satunya yang aku punya adalah jalan-Nya, berbekal sabar dan tabah dalam mencari selah, "semoga berkah" munajatku dalam langkah.
Lambat laun, detik demi detik kaki-kaki ini semakin kekar berjalan, semakin percaya diri mencari jati diri.Niscahya Tuhan masih memberi kesempatan dan masih mempercayai aku untuk meminang nyawa dalam peraduan hidup.
Dan kini, aku tengah berdiri tegak, Menikmati bekas pijakan kaki, "alhamdulillah, munajatku terkabul" ucap syukur pada-Mu.Usahaku merangkak pelan tak sia-sia, dengan jalan yang penuh batu, terjal lagi curam.
Aku mampu lewati bara api perjalanan dengan keyakinan. Terimakasih Tuhan.
Terimakasih Tuhan.
Segala puji bagi-Mu, Sang Maha Laksana
Pada-Mu aku bersujud dan meminta.
Sagah Aditama
Jakarta, 9-4-2012
Karya Sastra