:Matahari Bersaksi
Masih wujud matahari di ufuk timur
masih juga di sini, tertawa dan mentertawa dengan megah
kita pun berjalan dengan angkuh, gagah perkasa
seolah berasa hidup menidak lenyap walau sekelip mata
kita nikmati tanpa banyak bertanya, nikmati seindahnya
apa padanya kerana suka, kita berpuas mentaati dunia kita
Tika cahaya mentari masih di langit putih biru mengawan
menyuluh ke seluruh jarak keperantauan
masih kita tiada mau mengenang dalam
hirupi sepuas dunia hiburan, dunia pementasan
ceritakan kebebasan kenikmatan sehendak mata mencari
berhias indah si primadona, si idola pemuja cita dan rasa
Selama mentari memancar terik tegak, berdiri atas kepala sendiri
kita tidak kenal kata serik kerana asyik yang tiada pernah terusik
untuk merisik kalam-kalam makrifullah bergemerisik minta dibelek
teknologi udah memantap segala isi dunia bisa direntap
ah! jadi buat apalah hendak meratap!
Tapi bila mentari sinarnya mula malap
kita keluh kesah sebab cahaya telah bergelap pekat
kita marah dan gelisah kenapa tak diberi arah
kerana kini sedikit parah dan terluka
ada darah, ada pula kecewa melara betapa
Kini matahari yang ruangnya tebar berdepa
namun tiada kita tau berkesal, tiada anjak, hendak berubah,
buat salah pun bukan soalnya, sejarah tetap berulang tayang
egonya diri kita, tetap tiada mau pandang, merenyah diri
Duhai,masa depan perlu pedoman, namun iman tiada kita toleh
amalan tetap beralih dalih, bagai mengalir air terbuang sisa
pun masih tiada mau kita beredar di pusingan terakhir
masih tiada hirau, perih mengundang sekarang
tiada melepas ikatan kejahilan deria dan jasad badan
pun tidak juga kita balik ke pangkal jalan
percaya pada keagungan Tuhan!
Masihkah kita mau bercerita!
biar tersungkur menyembab ke bumi
Maukah kita menunggu sampai saat sangkala berbunyi
Mentari indahkan jadi nyata munculnya di barat sudah!
Saat ini sudah terlambat dan tidak mungkin terngadah
apalah guna segala isi sedunia kita
tutup sudah pintu-pintu taubat,lalu malap melipat
Inginkah kita tangisi saat-saat begini!
seluruh alam tak bisa berdebat, hanya jadi saksi
sendiri kita bertanggungjawab apa selamanya yang kita buat
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada ratapan!!!
hilang segenap khayalan, diri kini menjurang ke lembah tandus
ke neraka ngeri,nyeri alam mimpi berduri, menyendiri dalam neraka sakar!
(Na'udzubillah mindzalik)
Virsa_dkotasinga
Selasa 131211
@7.27am Siarulg
(sajak awalku Aug 2010)
Masih wujud matahari di ufuk timur
masih juga di sini, tertawa dan mentertawa dengan megah
kita pun berjalan dengan angkuh, gagah perkasa
seolah berasa hidup menidak lenyap walau sekelip mata
kita nikmati tanpa banyak bertanya, nikmati seindahnya
apa padanya kerana suka, kita berpuas mentaati dunia kita
Tika cahaya mentari masih di langit putih biru mengawan
menyuluh ke seluruh jarak keperantauan
masih kita tiada mau mengenang dalam
hirupi sepuas dunia hiburan, dunia pementasan
ceritakan kebebasan kenikmatan sehendak mata mencari
berhias indah si primadona, si idola pemuja cita dan rasa
Selama mentari memancar terik tegak, berdiri atas kepala sendiri
kita tidak kenal kata serik kerana asyik yang tiada pernah terusik
untuk merisik kalam-kalam makrifullah bergemerisik minta dibelek
teknologi udah memantap segala isi dunia bisa direntap
ah! jadi buat apalah hendak meratap!
Tapi bila mentari sinarnya mula malap
kita keluh kesah sebab cahaya telah bergelap pekat
kita marah dan gelisah kenapa tak diberi arah
kerana kini sedikit parah dan terluka
ada darah, ada pula kecewa melara betapa
Kini matahari yang ruangnya tebar berdepa
namun tiada kita tau berkesal, tiada anjak, hendak berubah,
buat salah pun bukan soalnya, sejarah tetap berulang tayang
egonya diri kita, tetap tiada mau pandang, merenyah diri
Duhai,masa depan perlu pedoman, namun iman tiada kita toleh
amalan tetap beralih dalih, bagai mengalir air terbuang sisa
pun masih tiada mau kita beredar di pusingan terakhir
masih tiada hirau, perih mengundang sekarang
tiada melepas ikatan kejahilan deria dan jasad badan
pun tidak juga kita balik ke pangkal jalan
percaya pada keagungan Tuhan!
Masihkah kita mau bercerita!
biar tersungkur menyembab ke bumi
Maukah kita menunggu sampai saat sangkala berbunyi
Mentari indahkan jadi nyata munculnya di barat sudah!
Saat ini sudah terlambat dan tidak mungkin terngadah
apalah guna segala isi sedunia kita
tutup sudah pintu-pintu taubat,lalu malap melipat
Inginkah kita tangisi saat-saat begini!
seluruh alam tak bisa berdebat, hanya jadi saksi
sendiri kita bertanggungjawab apa selamanya yang kita buat
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada ratapan!!!
hilang segenap khayalan, diri kini menjurang ke lembah tandus
ke neraka ngeri,nyeri alam mimpi berduri, menyendiri dalam neraka sakar!
(Na'udzubillah mindzalik)
Virsa_dkotasinga
Selasa 131211
@7.27am Siarulg
(sajak awalku Aug 2010)