huruf-hurufku memudar di udara
terbang diembus sepoi
jamku berserakan di tanah becek
memungut jejak-jejak kaki yang aduhai berdentang
di telinga. dada meredam setiap putaran
jarum jam
jarum jam
jarum jam
aku tidak bisa selesai menghitung nyamuk di kegelapan
darahku yang terbiar aku biar
aku ingin menyintai cinta yang tak tercinta
lantas tenggelam di samudera paling cinta
huruf-hurufku memudar di udara
ditebas pikiran yang menyamuk tak terkira
tidak pernah menjadi kalimat yang bahkan sangat sederhana
naskahku terbang bergelombang
frasaku bungkam menjerit-jerit dalam keranda
puisiku jauh
tak tersentuh
padahal kata-kata kusimpan di sana, di wajahmu
Medan, Februari ‘13