malam kemarin denah masih terhampar, serabut filsafah tercuat
di sana lahir peradaban lama-baru gambaran tata-letak beralur, sapa
lalu jam ikut-ikutan lari sempoyongan dan hampir tabrak dinding-bisu
cekatan. seakan waktu di jamah sembarang
maka.. berceritalah kaca-kaca jendela kamar demi lorong yang semakin suram-kelam
tak sekedar sapa-tanya. hai sayang?
sejuta kias hadirkan ruah-cerita, lalu sumringah mendahului senyum
hadirkan ilustrasi kasmaran-riang. bahana
kini hilang. entah? kata bibir gumam menggerut bersaman kumis tipis
atas sepakat tokoh-cendikiawan, mestinya senyap-senyap itu tersapa di keramaian pasar, wahai yang mulai terhapus jejak-kelam
menengadah saja lalu sapa-menyapa di kerontang harap, mestinya kau tau
berjelaga bila perlu dengan pepohonan rindang-riang di hutan suaka, lalu hilang di makan usang zaman sebelum waktu kembali muasal
ini demi cerita, seperti kau lewati percakapan semalam. ah.. kamu
bersekedar hadirkan cerita berseri, tidak bergambar-rupa
basuh dululah keringat-basi itu, hasil olah narasi yang ternyata tak asik lagi
waktu itu masih di harap dendang hiruk-ceria, lalu tanya-jawab, lanjut cerita asri di akhiran di sapa nadi yang tak jua henti degap
sebilah rotan berparas aduhai siap menghajar di balik kasih-sayang, jangan tanya
rindu hilang bersebentar saat anak malam tenggelam di tirai gulita-gelap dan senyum hambar masih menyapa bersekedar, apa kabar sayang?
ruang nada-nada
25-1-2012