JANGAN PANGGIL AKU BUNGA
Sekali lagi malam terjebak di rerimbun kota. Seperti sunyi
Yang karam sayup kudengar tawamu di dinding hujan
Renyah dan dingin
“aku ingin terjaga bagi cinta yang kekal” desahmu
Sementara kau semakin layu di pusaran waktu
Menjaga cahaya rindu yang samar-samar berkemas
Di derit pintu, lampu remang dan sapuan gincu
Yang menumpah gelisah bagi ranjang-ranjang cemas
Malam telah bertukar cerita dengan takdir
Tentang kemiskinan. Cinta. Tubuh yang telanjang dan
Perut yang kosong. Itulah nyanyian pembuka dan penutup malam
Ketika malam benar-benar menikmati dusta
di tiap belaian bagi lelah di ujung setubuh
Jangan panggil aku bunga
Sebab akulah luka dan nanah bagi kumbang yang jalang
Seperti ulat aku terjebak dalam sunyi kepompong
diam berabad-abad mengunci tangis
Sekali lagi malam terjebak di rerimbun kota. Seperti sunyi
Yang karam sayup kudengar tawamu di dinding hujan
Renyah dan dingin
“aku ingin terjaga bagi cinta yang kekal” desahmu
Sementara kau semakin layu di pusaran waktu
Menjaga cahaya rindu yang samar-samar berkemas
Di derit pintu, lampu remang dan sapuan gincu
Yang menumpah gelisah bagi ranjang-ranjang cemas
Malam telah bertukar cerita dengan takdir
Tentang kemiskinan. Cinta. Tubuh yang telanjang dan
Perut yang kosong. Itulah nyanyian pembuka dan penutup malam
Ketika malam benar-benar menikmati dusta
di tiap belaian bagi lelah di ujung setubuh
Jangan panggil aku bunga
Sebab akulah luka dan nanah bagi kumbang yang jalang
Seperti ulat aku terjebak dalam sunyi kepompong
diam berabad-abad mengunci tangis