SAJAK TELER DARI PINGGIR HUMA
Bicara carut marut catatan di atas permukaan bumi
ingat saudaraku jadi peladang tanpa kebun di sana
emas batangan ditukar gumpalan awan di angkasa
si muka pucat memang licin termasuk begundalnya
kulit merah warga kelas dua para pelancong jadi tuannya
dimasukkan kandang setelah dirampas tanah moyangnya
maling ubi ternyata tak seberuntung si bangsat Nazar
jadi saksi saja minta diperiksa di hotel berbintang
setelah dicarterkan pesawat ketika dijemput pulang
Di negeri salah urus walau tiap mulut bebas bicara
jika hanya dibiarkan memantul di gerbang istana
untuk apa berpekik dan berbusa-busa ludahnya
tak ada pengeluaran tanpa biaya
buang air kecil saja terkena setengah harga
mengurus surat memakai cap dan tandatangan
melamar kerja dan mengurus kenaikan golongan
biar dibilang gratis nyatanya tak kunjung selesai
jika mengikuti aturan pada tulisan di atas meja
Jika dulu pembayar pajak dipaksa mencoblos satu warna
kini walau bebas menyontreng tapi para calo menggiringnya
lewat baliho dan tayangan iklan menyesatkan di tabung kaca
para pengibul dalam berbagai pertemuan menawarkan mimpi
berjuta janji manis digelontor tapi tak pernah ada ujudnya
setelah memakai jubah pengaku pemilik berjuta firman
kecuali bait pantun serba mendayu dan linangan airmata
selalu mengajak bertawakal setiap musibah datang mendera
meski lumpur nestapa berasal dari ketamakan sekutunya
Kedunggalar, 20 Mei 2012
Bicara carut marut catatan di atas permukaan bumi
ingat saudaraku jadi peladang tanpa kebun di sana
emas batangan ditukar gumpalan awan di angkasa
si muka pucat memang licin termasuk begundalnya
kulit merah warga kelas dua para pelancong jadi tuannya
dimasukkan kandang setelah dirampas tanah moyangnya
maling ubi ternyata tak seberuntung si bangsat Nazar
jadi saksi saja minta diperiksa di hotel berbintang
setelah dicarterkan pesawat ketika dijemput pulang
Di negeri salah urus walau tiap mulut bebas bicara
jika hanya dibiarkan memantul di gerbang istana
untuk apa berpekik dan berbusa-busa ludahnya
tak ada pengeluaran tanpa biaya
buang air kecil saja terkena setengah harga
mengurus surat memakai cap dan tandatangan
melamar kerja dan mengurus kenaikan golongan
biar dibilang gratis nyatanya tak kunjung selesai
jika mengikuti aturan pada tulisan di atas meja
Jika dulu pembayar pajak dipaksa mencoblos satu warna
kini walau bebas menyontreng tapi para calo menggiringnya
lewat baliho dan tayangan iklan menyesatkan di tabung kaca
para pengibul dalam berbagai pertemuan menawarkan mimpi
berjuta janji manis digelontor tapi tak pernah ada ujudnya
setelah memakai jubah pengaku pemilik berjuta firman
kecuali bait pantun serba mendayu dan linangan airmata
selalu mengajak bertawakal setiap musibah datang mendera
meski lumpur nestapa berasal dari ketamakan sekutunya
Kedunggalar, 20 Mei 2012