9 Februari, Kau Berkata dalam Tangit
Untuk Kajitow El-Kayeni
Halimi Zuhdy
Kau rebah pada tangan lembut, tangis kegembiraan
menyeruak dari ruang tanpa AC. adzan
berkumandang. senyum berbinar menikmati
suara tangis muncul dari rahim.
langit-langit atap rumah, berdendang melagukan
sholawat.
gerimis, kilat, hujan, kabut
menertawakan kehadiranmu. Kau tertawa dalam tangis.
Kau berkata dalam tangis, kau nikmati belaian indah
dengan tangis. tangismu keindahan. tak ada senyum
karena tangis adalah kerinduan.
renai-renai wajah, ciuman jatuh tanpa
halang. kau, disayang. hidupmu bergelombang,
menyibak masa, melalang-ilintang, menggempur awan,
bernostalgia dengan keadaan. sedih, senang, cinta, benci,
rindu, bosan, terarung dalam kubah kehidupanmu
kini, rumput-rumput mulai tumbuh. ilalang-ilalang
menyebar menyongsong masa depan. suara tangisnya
jarang terdengar, kebahagiaan kadang hilang. Senyum pun
terlipat masa. tak lagi ada kecupan, tangan-tangan
lembut dulu, kini tak terbelai.
ia hidup kembali dalam keterasingan, melamun
masa depan penuh kepongahan. menelan pil
kepahitan adalah kebiasaan. Ia berlayar bersama
ombak di siang hari, ia dayung,
entah sampai di mana.
tak ada lelah, sedih kadang menjadi temannya.
gembira menjadi minumnya, makanannya adalah
kegagalan. Kegagalan ia anggap suatu kehormatan
menuju surga di telapak kaki ibu.
ia lalui terjalnya kehidupan, dengan keindahan.
pagar besi di hadapnya di sibak, tapi duri-duri
tak pernah berhenti merayu.
30 tahun silam menjadi kenangan, pelajaran, pengalaman,
amukan, kesadaran, kehormatan, keangkuhan.
1000 tahun kedepan akan dibingkai
foto kenangan, masa perjuangan dan ketakwaan
adalah kerinduan.
Malang, 9 Pebruari 2012
Untuk Kajitow El-Kayeni
Halimi Zuhdy
Kau rebah pada tangan lembut, tangis kegembiraan
menyeruak dari ruang tanpa AC. adzan
berkumandang. senyum berbinar menikmati
suara tangis muncul dari rahim.
langit-langit atap rumah, berdendang melagukan
sholawat.
gerimis, kilat, hujan, kabut
menertawakan kehadiranmu. Kau tertawa dalam tangis.
Kau berkata dalam tangis, kau nikmati belaian indah
dengan tangis. tangismu keindahan. tak ada senyum
karena tangis adalah kerinduan.
renai-renai wajah, ciuman jatuh tanpa
halang. kau, disayang. hidupmu bergelombang,
menyibak masa, melalang-ilintang, menggempur awan,
bernostalgia dengan keadaan. sedih, senang, cinta, benci,
rindu, bosan, terarung dalam kubah kehidupanmu
kini, rumput-rumput mulai tumbuh. ilalang-ilalang
menyebar menyongsong masa depan. suara tangisnya
jarang terdengar, kebahagiaan kadang hilang. Senyum pun
terlipat masa. tak lagi ada kecupan, tangan-tangan
lembut dulu, kini tak terbelai.
ia hidup kembali dalam keterasingan, melamun
masa depan penuh kepongahan. menelan pil
kepahitan adalah kebiasaan. Ia berlayar bersama
ombak di siang hari, ia dayung,
entah sampai di mana.
tak ada lelah, sedih kadang menjadi temannya.
gembira menjadi minumnya, makanannya adalah
kegagalan. Kegagalan ia anggap suatu kehormatan
menuju surga di telapak kaki ibu.
ia lalui terjalnya kehidupan, dengan keindahan.
pagar besi di hadapnya di sibak, tapi duri-duri
tak pernah berhenti merayu.
30 tahun silam menjadi kenangan, pelajaran, pengalaman,
amukan, kesadaran, kehormatan, keangkuhan.
1000 tahun kedepan akan dibingkai
foto kenangan, masa perjuangan dan ketakwaan
adalah kerinduan.
Malang, 9 Pebruari 2012