/1/aku sedang ingin berbaring. dunia yang sakit membuatku demam, meringkuk dan nyaris tak berdaya apa sebenarnya yang dipikirkannya. (sehingga menjadi pikiranku pula?) hujan dan panas membekukan, memuaikan jiwa pada kegelisahan yang tak ada habisnya. pada tiap musim berganti: mengaduk cinta dan kerinduan, lagu lama kefanaan!
/2/kelelahan itu sebenarnya apa? hanya kata kata yang menjelujuri tulang pungung, menuang rindu pada yang entah. padahal kesadaranku bermain pada pendulum yang tak rata, dan dibiarkannya saja terus bergoyang, bergoyang, bergoyang. tak ada ruang untuk di isi. dan rasa sakit menjadi angin yang mengiris iris kulit peka manusia. katanya: kebahagiaan juga fana!
/3/dan mengadulah sang pecinta kepada langit yang membentangkan jarak atas kekasih hati, rintihan yang serupa airmata. layaknya seribu malam terkatung dalam gelisah, nafas nafas kesendirian bergulir, bak butir biji kurma, tumbuh sebagai risalah bagi kekasih
siapakah yang sudi menghitung kata kata? serupa sihir dari bibir yang memikat hati. duhai kekasih hati di belahan bumi, nun di sana sang pecinta tidaklah malaikat bersayap, yang terbang menembus susunan langit. sungguh, hanyalah sebuah ruh atas rusuk yang hilang
/4/biarkan. kita adalah dia yang terbaring seolah hewan. kita dari dia orang ramai. kita dari dia negeri negara, yang terbaring seolah hewan. atau kita semua seekor hewan, melata mencari nasibnya sendiri? atau kita pergi ke kanan atau kita pergi ke kiri? o biarkan dia terbaring seolah hewan, hingga kutuk azab tuhan kelak datang. kudengar dari sini, suara suara pelintasan hati: masihkah tuhan hendak mengutuk mahluknya di bumi? o mereka berkata: tuhan tidak tidur. tunggulah atau cepatlah berpaling, sebelum kutub azab berkepanjangan datang.
(20 Januari 2012)
*puisi kolaborasi Boedi Ismanto SA, Jurnal Sastratuhan Hudan, Erny Susanty, Eska Wahyuni