Mendung seperti mau lugur
sementara sisa sepi dari genangan
hujan sore tadi masih di wuwungan
kamarku berpenghuni beribu suhu satu
tubuh dan mataku dan buku dan aku
lesap dalam lembab sedemikian hebat
ah, wajah dalam potret itu rasanya tak di
kelupas waktu dan tubuh ini sebentar pasti
kikis. angka kalender dilingkari spidol merah
sebuah jedah ruang antara tangkai dan tanah
dari daun yang jatuh--banyak orang berduyun-
duyun membangun rumah disitu tapi hanya yang
tabah saja tetap tinggal tak tanggal digertak musim
dan cuaca dan angin dan dingin dan kapak sejarah
aku hanya diam hanya melihat sebab rangka ini begitu
gembur belumlah meletakkan batu pertama mengangkat
batu dari celah kawah tubuh ini sudah lebih dulu hancur
begitu ngeri bangun rumah disitu aku lepaskan kepak mimpi
aku hanya butuh celah saja buat istirahatkan tubuh yang lelah
surabaya/18/01/012