Oleh Deddy Firtana Iman
1
Sebelum kita bernapas dengan tergesa-gesa, diantara senyummu ada bayanganku dan sentuhan ucapan namaku dalam mimpimu. Aku ada disetiap kecupan kata-kata indahmu, mengalir di sungai tentang cerita-cerita bunga matahari menjelang fajar.
Impian itu terkumpul dalam jejak-jejak landasan lidahku untuk mengecap rasa manis, pahit, asin, pedas dan semua rasa rinduku dalam ruangan mulutku yang tak ingin hampa dalam kata-katamu.
2
Dalam deretan dan lekuk dadaku. Timbul lubang pori-pori tempat terpacaknya ilusi kata-kataku, mengalir dalam keringat berbentuk butiran air kehangatan yang berbau asin dari sajak-sajak cerita malammu.
"Ahhh... Akhirnya aku berada diantara yang terkasih, sajak-sajak yang indah."
Aku mengalir dalam darah, keluar perlahan-lahan dalam denyut nadimu ketika malam membujukmu dengan mesra.
3
Kata-kataku terus mengalir menelusuri lekuk tubuhku. Dia memberanikan diri mengeja setiap inci potongan tubuhku, menjadikannya sajak-sajak dalam untaian tubuh berbalut kenikmatan kata-kata.
"Hai... Kejar yang bersembunyi di sana, dia berdenyut dengan sajak indahnya. Ambilkan untukku."
Dia tak berhenti, terus berpasang-pasangan, melahirkan beribu kata-kata dalam hitungan detiknya. Aku tak bisa berdiam diri, dan aku tetap mengiyakan dia memeriksa keadaan tentang ketepatan dan pemilihan diksi termanis untukmu. Wahai kekasih, kekasih dalam tubuhku.
2011
1
Sebelum kita bernapas dengan tergesa-gesa, diantara senyummu ada bayanganku dan sentuhan ucapan namaku dalam mimpimu. Aku ada disetiap kecupan kata-kata indahmu, mengalir di sungai tentang cerita-cerita bunga matahari menjelang fajar.
Impian itu terkumpul dalam jejak-jejak landasan lidahku untuk mengecap rasa manis, pahit, asin, pedas dan semua rasa rinduku dalam ruangan mulutku yang tak ingin hampa dalam kata-katamu.
2
Dalam deretan dan lekuk dadaku. Timbul lubang pori-pori tempat terpacaknya ilusi kata-kataku, mengalir dalam keringat berbentuk butiran air kehangatan yang berbau asin dari sajak-sajak cerita malammu.
"Ahhh... Akhirnya aku berada diantara yang terkasih, sajak-sajak yang indah."
Aku mengalir dalam darah, keluar perlahan-lahan dalam denyut nadimu ketika malam membujukmu dengan mesra.
3
Kata-kataku terus mengalir menelusuri lekuk tubuhku. Dia memberanikan diri mengeja setiap inci potongan tubuhku, menjadikannya sajak-sajak dalam untaian tubuh berbalut kenikmatan kata-kata.
"Hai... Kejar yang bersembunyi di sana, dia berdenyut dengan sajak indahnya. Ambilkan untukku."
Dia tak berhenti, terus berpasang-pasangan, melahirkan beribu kata-kata dalam hitungan detiknya. Aku tak bisa berdiam diri, dan aku tetap mengiyakan dia memeriksa keadaan tentang ketepatan dan pemilihan diksi termanis untukmu. Wahai kekasih, kekasih dalam tubuhku.
2011