Salam santun bertaluh rindu dalam sajak-sajak nyanyian jiwa,... sahabat hati penghuni surga pujangga,.... kali ini saya hadir ingin mendapatkan apresiasi,....sahabat hati sekalian,.... mohon diayunkan pisau bedahnya,...
saya siap dengan apapun komentar dan kritik sahabat hati sekalian,.....
BOSANKAH ENGKAU DALAM PENANTIANMU
Sawah ladang kini tak lagi subur,..
Benih yang ku tabur tak segera bersemi,….
Kini,… ladang tak lagi memberi harapan,.
Sawahpun tak lagi menjajikan panenan,…..
Rumputpun telah enggan tumbuh,.
Tak ada lagi perdu di pematang sawah,….
Nyanyian pagi sang katak tak lagi menghibur,…….
Hanya ular beludak yang selalu bersedia di mulut liang,….
Semilir angin ladang, yang selalu membelai lembut ujung-ujung padi,….
Kini berubah menjadi badai panas kemarau,…………
Siulan serangga penanda hari,….
Telah tertutup serak parau seruan perang,……….
Serunaiku patah hancur berantakan,…….
Terinjak remuk redam……
Penyesalanku tak mengembalikan suara merdunya,……
Tangisku hanya kiasan, pelengkap nestapa.
Dasa warsa terlewat sudah,….
Abad pun turut mewarnai pergantian masa,……
Tapi kenangan itu muncul bagai jamur dimusim hujan.
Silih berganti menggoda kalbu,.
Kenangan akan masa panen melimpah,…
Kenangan akan godaan burung-burung pipit pencuri bulir padi.
Godaan serangga-serangga nakal penghisap manisnya bulir muda,.
Serta kicau renyah burung manyar di pucuk nyiur.
Kini masih setia ku mananti masa panen tiba,..
Kujaga dan kurawat meski tak menjajikan lagi,…
Ku alirkan air untuk menyejukan akar-akar benihku,…
Dan kutaburkan doa-doa pengharapan,.
Di antara kecambah-kecambah yang kurus,…
Kurangkai pagar dalam nyanyian parau
Tengadah di bawah kaki langit,..
Diantara hembusan panas nafas kehidupan yang mulai layu,………
saya siap dengan apapun komentar dan kritik sahabat hati sekalian,.....
BOSANKAH ENGKAU DALAM PENANTIANMU
Sawah ladang kini tak lagi subur,..
Benih yang ku tabur tak segera bersemi,….
Kini,… ladang tak lagi memberi harapan,.
Sawahpun tak lagi menjajikan panenan,…..
Rumputpun telah enggan tumbuh,.
Tak ada lagi perdu di pematang sawah,….
Nyanyian pagi sang katak tak lagi menghibur,…….
Hanya ular beludak yang selalu bersedia di mulut liang,….
Semilir angin ladang, yang selalu membelai lembut ujung-ujung padi,….
Kini berubah menjadi badai panas kemarau,…………
Siulan serangga penanda hari,….
Telah tertutup serak parau seruan perang,……….
Serunaiku patah hancur berantakan,…….
Terinjak remuk redam……
Penyesalanku tak mengembalikan suara merdunya,……
Tangisku hanya kiasan, pelengkap nestapa.
Dasa warsa terlewat sudah,….
Abad pun turut mewarnai pergantian masa,……
Tapi kenangan itu muncul bagai jamur dimusim hujan.
Silih berganti menggoda kalbu,.
Kenangan akan masa panen melimpah,…
Kenangan akan godaan burung-burung pipit pencuri bulir padi.
Godaan serangga-serangga nakal penghisap manisnya bulir muda,.
Serta kicau renyah burung manyar di pucuk nyiur.
Kini masih setia ku mananti masa panen tiba,..
Kujaga dan kurawat meski tak menjajikan lagi,…
Ku alirkan air untuk menyejukan akar-akar benihku,…
Dan kutaburkan doa-doa pengharapan,.
Di antara kecambah-kecambah yang kurus,…
Kurangkai pagar dalam nyanyian parau
Tengadah di bawah kaki langit,..
Diantara hembusan panas nafas kehidupan yang mulai layu,………